"If you are distressed by anything external, the pain is not due to the thing itself, but to your estimate of it; and this you have the power to revoke at any moment."Â
 Marcus Aurelius, Meditations
Kita semua tahu bahwa dalam masa pandemi yang memaksa kita untuk mengisolasi diri dalam rumah yang entah kapan akan berakhir hanya akan buat kita depresi kalah tidak mampu melewati masa-masa sulit ini.Â
Bagi Anda yang senang berkelompok-kelompok, jalan-jalan, hiburan, karaokean, duduk di kedai kopi dan bicara tanpa batas entah itu politik, filsafat, sains, dls, dalam masa pandemi yang membuat Anda untuk meninggalkan rutinitas dan mengisolasi diri dalam rumah lalu mengambil  smartphone Anda dan membagikan rutinitas dalam rumah yang membosankan dan paya.
Atau juga, Anda punya rencana out door yang luar biasa dan itu tidak bisa terlaksana oleh karena coronavirus yang mengglobal ini.
Sekarang apa? Setelah semua kekacauan yang disebabkan oleh virus yang mengglobal itu, yang bukan hanya membuat kita mengisolasi diri dalam rumah tapi juga membombardir ekonimi dan ketahanan pangan kita.Â
Pun sudah begitu, kehidupan sosial kita juga dibuat rapuh karena dibayang-bayangi oleh virus yang membuat kita saling curiga seperti halnya ada dusta di antara kita. Â Bahkan untuk sekedar guyon saja sudah tidak ada.Â
Huuu, ini para sekali, sumpah! Sudah susah, tidak ada guyon, malah tambah penyakit.Â
Dalam masa pandemi yang mengglobal ini, kita bukan lagi berada pada fase masyarakat risiko (risk society) tapi post-risiko lagi. Sekiranya bagi saya.
Tapi, apa yang bisa kita petik ambil pelajaran dari semua ini? Atau setidaknya bagaimana kita bisa melewati isolasi diri dalam rumah dengan rutinitas rebahan yang kita sendiri bingung mau model gimana lagi? Seakan kita seperti tunduk dan tidak berdaya dihadapan kenyataan yang timpang.Â
Mungkin, kita bisa belajar pada kaum Stoa yang dipimpin oleh seorang filsuf yang bijak dan tidak tertarik dengan kehidupan yang sangat hedonistic, ia adalah Marcus Aurelius dengan corak filsafatnya yang tidak ruwet dan bisa kita praktekkan dalam konteks sosial yang terisolasisasi (isolasitation of society).
Tujuan inti Stoisisme adalah ketenangan, yaitu tidak membiarkan kedamaian batin seseorang terganggu oleh peristiwa-peristiwa luar.