Tapi sebaliknya, karena keterbatasan produksi bahan baku dan barang modal untuk pembangunan infrastruktur, maka kekurangan bahan baku dan barang modal tersebut diimpor menyebakan aliran dollar ke luar negeri meningkat.
Satu tahun kemudian, sebelum infrastruktur selesai, pemerintah dan BUMN harus mencicil bunga, mungkin cicilan pokok masih belum karena ada grace period. Â Akibatnya terjadi aliran dollar ke luar.
Ketika infrastruktur selesai dan bisa dinikmati oleh masyarakat, maka pemerintah dan BUMN harus melakukan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang sehingga terjadi aliran dollar ke lura negeri.
Pemerintah dan BUMN membayar bunga dan cicilan pokok utang luar negeri pembangunan jalan tol berbayar misalnya berasal dari pendapatan dari masyarakat sebagai pengguna jalan tol. Ini artinya ada sebagian pendapatan masyarakat untuk pembayaran tol yang mengalir ke luar negeri, menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi tertahan.
Seandainya investasi pembangunan jalan tol seluruhnya berasal dari investasi domestik, maka seluruh pendapatan jalan tol akan akan didaur ulang menjadi nilai tambah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ini bukan berarti pemerintah dan BUMN tidak boleh berutang ke luar negeri atau mendatangkan investor asing untuk pembangunan infrastruktur, tapi harus dilakukan sesuai dengan kemampuan kapasitas ekonomi nasional seperti kemampuan neraca transaksi berjalan (current account).
BI menprediksi neraca transaksi berjalan (current account) tahun 2018 membengkak mencapai minus US$ 25 milliar salah satu penyebabnya yaitu akselerasi pembangunan infrastruktur di luar titik optimalnya.
Nercara transaksi berjalan defisit merupakan faktor utama melemahnya rupiah. Â Nilai tukar rupiah merupakan fakror endogen (ditentukan oleh faktor eksogen seperti diuraian di atas). Â Namun melemahnya nilai tukar rupiah menjadi faktor eksogen yang memiliki daya jelajah luas dan daya rusak kuat terhadap sendi pertumbuhan ekonomi.Â
Akibat perencanaan ekonomi yang tidak matang dan spekulatif tersebut, maka nilai tambah pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, justru sebaliknya.
Kita boleh bangga dengan jalan tol yang membentang di Jawa dan Luar Jawa, nanti tiba waktunya karena dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah, bukan tidak mungkin jalan tol utamanya milik BUMN dilelang kepada investor asing untuk membayar utang.
Saran Â