Mohon tunggu...
Nizwar Syafaat
Nizwar Syafaat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Berilah Saran kepada Penguasa Secara Santun

31 Mei 2018   13:32 Diperbarui: 31 Mei 2018   13:50 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika Musa mendebat Adam dia berkata, 'Kamu adalah Adam yang diciptakan oleh Allah dengan tangan- Nya. Dia meniupkan ruh-Nya padamu, Dia memerintahkan Malaikat sujud kepadamu, dan Dia mengizinkanmu tinggal di Surga-Nya. Kemudian gara-gara kesalahanmu, kamu menjadikan manusia diturunkan ke bumi.'

Adam menjawab, Kamu adalah Musa yang dipilih oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu Lauh [kepingan kayu atau batu] yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia telah mendekatkanmu kepada-Nya sewaktu kamu bermunajat kepada-Nya. Berapa lama kamu mendapatkan Allah telah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?' Musa menjawab, 'Empat puluh tahun.' Adam bertanya, 'Apakah di sana tertulis, 'Dan durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia.' (QS. Thaha: 121)?' Musa menjawab, 'Ya.'

Adam berkata, 'Apakah kamu menyalahkanku hanya karena aku melakukan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah atasku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?'

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda, "Adam mengungguli argumen Musa".  Musa menyalahkan Adam karena Adam telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari Surga. Maka Adam menjawabnya, "Saya tidak mengeluarkan kalian dari Surga, akan tetapi Allah lah yang menjadikan keluarnya diriku dengan sebab aku memakan buah  terlarang.".

Pelajaran yang Dapat Dipetik

Kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa masa lalu menjadi takdir yang tidak perlu diungkit, tetapi dijadikan suatu kekuatan tempat berpijak melangkah ke depan menuju perbaikan.

Allah merencanakan dengan teliti perjalanan alam semesta dan seisinya sampai akhir zaman melalui takdir dan ketetapanNya, termasuk perjalanan bangsa Indonesia mulai dari Soekarno, Soeharto, Habibi, Gusdur, Megawati, SBY dan Jokowi.  Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan mulai dari Soekarno sampai  SBY adalah takdir dan ketetapanNya.  Mereka mulai dari Soekarno sampai SBY adalah kekuatan masa lalu bangsa Indonesia sebagai takdir dan ketetapanNya.

Penguasa yang sedang memerintah tidak boleh menyalahkan masa lalu pemerintahan sebelumnya. Juga tidak boleh mengeluh apapun yang diwariskan oleh pemerintahn sebelumnya. karena apa yang telah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya sudah menjadi takdir ketetapanNya.  Menyalahkan pemerintahan sebelumnya berarti tidak percaya akan takdirNya.  Tetapi mengambil pelajaran sebagai kekuatan melangkah ke depan merupakan kewajiban untuk menjadikan sesuatu lebih baik.

Saran Bagi Penguasa yang Sedang Memerintah

Memberikan saran kepada penguasa yang sedang memerintah merupakan suatu kewajiban bagi setiap warganya untuk perbaikan kondisi negara, asalkan disampaikan secara santun tanpa menyakiti perasaan dan hatinya serta diiringi doa tulus kepada Allah.  Tanpa diiringi doa tulus mustahil Yang Maha Kuasa akan memberikan petunjuk kepada penguasa yang bersangkutan karena setiap perubahan adalah miliki Allah, bukan milik penguasa.

Marilah kita semua, utamanya penggiat media hentikanlah kritik kepada pemerintahan sebelumnya dan berilah kritik kepada pemerintahan yang sedang memerintah dengan santun dan diiringi dengan doa tulus kepada Allah agar penguasa mampu memperbaiki keadaan negara yang lebih baik dari sebelumnya.  Perbaikan yang terjadi milik Allah dan hanya kepadaNya kita akan kembali....... Insya Allah

Nizwar Syafaat, Ekonom dan Pengamat Kebijakan Publik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun