Ketika kuingat kisah perjuanganmu
Menetes air mataku yang mengalir deras membasahi pipiku
Apakah itu karena hembusan angin lembah?
Yang bertiup menyejukkan kota madinah
Ataukah karena kilauan kilat di kegelapan malam
Yang merupakan tanda akan turunnya hujanÂ
Aku tidak tahu mengapa air mataku tetap menangis..
Meskipun telah kukatakan "berhentilah!"
Dan hatiku tetap gelisah..
meskipun telah kukatakan "tenanglah !"
Apa ini sebuah kerinduan cinta?
kepada sang baginda nabi yang mulia
Yang cahayanya menerangi alam semesta
Hingga menembus kedalam dada
Aah... namun aku bukanlah umatnya yang setia
Yang senantiasa menjalankan sunnah sunnahnya.
Di keheningan malam yang sunyi
Engkau berdiri menghadap sang ilahi
Seraya mengucap ummati ummati....
Tak pernah engkau melupakan kami
Meskipun kami ini umat yang kurang berbakti
Sering kali ku abaikan peritantahmu
Ku langgar laranganmu
dan Ku tinggalkan sunah sunahmu
Pantaskah ku disebut sebagai pecintamu?
Akan tetapi Kami sangat butuh syafaatmu
Dan pengakuanmu bahwa kami ini umatmu
Untuk menghadapi hari pembalasan yang ditunggu tuggu
Semoga kelak kami dikumpulkan bersamamu
Oo baginda Nabiku
Ya habiibii Ya rasulallah..Â
Oleh : M. Nizar Ubaidillah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H