Banyuwangi Kota Sunrise Of Java
Siapa yang tidak mengenal kota Banyuwangi. Kota penuh misteri, tradisi, juga budayanya. kota yang penuh dengan sejarah serta adat dan budaya yang begitu kental.
Kota yang mulai dilirik oleh turis lokal maupun turis mancanegara sebagai tujuan destinasi wisata. Patung gandrung dipilih sebagai iconic kota Banyuwangi karena diyakini gandrung berarti mempesona dan menarik hati sehingga banyak para wisatawan yang tertarik. Tarian ini dipakai sebagai tarian selamat datang untuk menyambut dan menghormati tamu.
Biasanya disajikan pada acara pesta perkawinan, syukuran, serta pada acara-acara tradisional lainya salah satunya di acara tahunan Banyuwangi festival.
Salut saya kepada Bupati Banyuwangi Bapak Azwar Anas yang perduli terhadap budaya setiap daerah yang menjadikan Banyuwangi sebagai kota festival terbanyak yang menjadikan Banyuwangi mengangkat budaya-budaya derahnya ke kancah Internasional. Ada budaya Tumpeng sewu. Tradisi ini digelar seminggu sebelum Idul Adha. Yang bertujuan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan yang diterima.
Ada juga tradisi "Mepe Kasur". Mayoritas warga Banyuwangi memiliki tempat tidur (“Kasur Bahasa jawa”) dengan motif dan warna yang sama yaitu hitam dibagian atas dan bawah, merah di pada tepinya. Kasur ini akan dimiliki oleh pasangan pengantin dari orang tuanya. Hal ini memiliki filosofi tersendiri, warna merah yang berarti sebagai penolak balak dan hitam melambangkan kelanggengan dalam rumah tangga. menurut tetua adat setempat tradisi ini dilakukan karena sumber segala penyakit berasal dari tempat tidur. Hal ini dilakukan untuk mengusir segala macam penyakit. Tradisi tersebut merupakan satu rangkaian dari tradisi Tumpeng Sewu “ritual bersih desa” yang dilaksanakan pada bulan Dhulhijjah. Selain menyimpan banyak budaya Banyuwangi juga memiliki kuliner khas kota sunrise of java diantaranya :
1. Sego Cawuk
Nama Sego Cawuk diambil dari bahasa Using, bahasa khas Banyuwangi. Sego artinya nasi, sedangkan cawuk adalah makan makanan dengan tangan. Menu ini cocok untuk sarapan. Sego Cawuk disajikan dengan parutan kelapa muda dan serutan jagung bakar yang dibumbui cabai, bawang merah, bawang putih serta sedikit asam. Dulu makannya itu pakai tangan. Ini memang kuliner zaman dulu. Memang sedikit berkuah, tapi emang enak makan pakai tangan.
2. Pecel Rawon
Pecel Rawon terdiri dari nasi pecel yang berisi sayuran rebus, seperti bayam, taoge, kacang panjang, dan sambal pecel. Selanjutnya nasi pecel itu disiram dengan kuah rawon. Sementara daging rawon tidak disertakan disana. Penggantinya adalah udang goreng, empal sapi, ragi, paru goreng kering, dan remukan rempeyek kacang. Lezat bro sumpah.
3. Sego Tempong
Sego Tempong adalah makanan wajib bagi masyarakat Banyuwangi berupa sajian nasi yang disajikan dengan berbagai lauk pauk, lalapan dan sambal yang khas. Makanan ini sekilas terlihat sangat sederhana, namun memiliki rasa dan kenikmatan yang sangat khas. Nasi tempong ini merupakan salah satu makanan tradisional yang sangat terkenal dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Teluh atau santet sudah jadi trademark Banyuwangi. Hal ini memang benar adanya mengingat santet sudah jadi hal yang lumrah di masyarakat yang agaknya sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut. Bahkan saking familiarnya santet, dulu ada sebuah jargon yang mengatakan cukup lima ribu rupiah saja sudah bisa pesan santet. Unsur klenik di kota ini makin santer ketika terjadi tragedi dukun tahun 1998 lalu. Kejadian ini adalah pembantaian 100an orang dukun yang dicurigai menyebarkan santet untuk membunuhi orang-orang alim dan masyhur lewat pasukan ‘ninja’ -nya. Guru-guru ngaji, imam masjid atau ketua RT dan RW sering jadi korban para ninja ini. Fenomena tersebut menguap begitu saja dengan tidak ada kelanjutannya hingga saat ini.
2. Alas Purwo
Keangkeran Banyuwangi tak cuma santet, di sini juga menyimpan satu lagi misteri yang juga tak kalah mengerikan pamornya. Di kota ini ada sebuah tempat yang bisa dibilang paling angker se-nusantara. Ya, apa lagi namanya kalau bukan Alas Purwo. Tepat 10 Km ke arah selatan desa saya Alas purwo dikenal sebagai tempat berkumpulnya para dukun-dukun di Indonesia. Kalo belum ke Alas Purwo belum sepenuhnya di panggil dukun, karena Alas Purwo adalah tempat kuliahnya para-para dukun di Indonesia masyarakat biasa menyebut Alas Purwo adalah Tempat S1 nya para dukun. Tempat ini konon dihuni oleh kerajaan gaib. Kadang pula diartikan sebagai tempat para setan, jin dan makhluk halus berkumpul. Tak hanya itu, tempat ini kondang sebagai spot semedi bagi orang-orang yang ingin menimba ilmu hitam. Alas Purwo berupa cagar alam yang masih alami. Di dalamnya masih banyak hewan-hewan buas, misalnya macam Jawa. Tempat ini juga terkenal dengan kepercayaan barang siapa yang masuk ke dalamnya pasti takkan bisa keluar lagi. Kalaupun bisa keluar, maka hidupnya dijamin penuh kesialan. Tapi fakta Alas Purwo yang misterius ini justru memancing rasa penasaran bagi mereka yang suka beruji nyali dan melakukan hal-hal ekstrem.
Ya, rumor tentang Banyuwangi memang seperti itu di masyarakat. Walaupun sebenarnya ketakutan-ketakutan itu hanyalah opini pribadi yang tercipta gara-gara cerita-cerita miring. Padahal aslinya tempat ini jauh dari kata-kata suram, menyeramkan dan lain sebagainya. Ada begitu banyak hal yang akan membuatmu betah di sini. Entah lantaran deretan tempatnya yang unik, makanannya yang enak-enak, atau gadis-gadis Banyuwangi yang menyejukkan mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H