Mohon tunggu...
nizar presto
nizar presto Mohon Tunggu... -

pernah belajar di SD Ender II, Dan dilanjutkan di MTs Dan MA KHAS KEMPEK

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berani Kau Menyikut Mereka yang Minoritas??

6 September 2013   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:15 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Minoritas itu memang satu kata yang sangat memojokkan sebagian pihak, karena minoritas itu tak ubahnya seperti sekumpulan domba yang merasa ladang makanannya terpisah jauh dan terkapling-kapling agar tidak “merangsek” ke lahan mereka yang sudah tepampang ‘Plang’ bahwa ini kawasan mayoritas.

Dan istilah minoritas ini sering kita jumpai pada sekawanan kelompok masyarakat yang memiliki jumlah keanggotaan sedikit  yang tingkat keberadaanya sama seperti ketidakadaanya, atau biasa orang pesantren menyebutnya “Wujuduhu ka adamihi ”, namun, bukan berarti kelompok yang kecil itu tak selamanya hanya sebatas pelengkap saja, atau bahkan penganggu akan kenyamanan hidup sang “mayor”, namun terkadang, karena keberadaan mereka yang sengaja di alih posisikan sampai melewati tapal batasnya, maka menjadikan mereka mampu untuk melihat  apa yang selalu  terjadi di sekeliling kawasan mayoritas, atau bahasa politiknya itu (padahal politik aja gak ngerti, hehe) mampu menjadi oposisi yang kritis.

Dan itu yang sebtulnya harus di sadari oleh kaum mayoritas, toh sejatinya, mereka bisa di daulat sebagai kamu mayoritas, ya karena ada mereka kaum minoritas.

Dan kalau kita sedikit belajar dengan kejadian yang sedang menimpa Mesir, pasti di situ kita akan kembali membahas siapa yang mayoritas dan siapa yang minoritas. Kaum muslimin adalah golongan mayoritas yang menempati mesir sampai saat ini, sehingga sudah di pastikan bahwa yang akan memuncaki kekuasaan, adalah orang-orang islam, namun ini yang sebetulnya kurang di pahami oleh presiden yang sekarang telah di kudeta oleh al-Sisi dan “tetek-bengeknya” itu, ketika presiden mursi telah berhasil menduduki kekuasaan tertinggi di mesir selama hampir satu tahun, setelah menang 54% suara yang di pilih melalui pemilihan langsung, akhirnya Mursi mengeluarkan dekrit yang intinya dia ingin melanggengkan keberadaanya yang mayoritas itu, dengan tidak menyadari bahkan tidak merangkul keberadaan kaum minoritas seperti keberadaan kristen koptik, kaum liberal dan lain sebagainya  yang suatu saat akan menjadi “bomm waktu” yang bisa meluluh-lantahkan kekuasaanya dan ternyata itu sudah terjadi. mungkin karena keberadaan minoritas yang seharusnya di rangkul dan di peluk agar bisa bersama-bersama berlabuh di pulau yang akan di lewati dengan satu kapal dan nahkoda yang sama, dan ternyata itu tidak lah di lakukan oleh Mbah Mursi, jadi mohon di maklumi saja kalau masyarakat setelah itu langsung angkat bicara, akan tetapi sekali lagi saya tetap menyesalkan akan banyaknya nyawa yang malayang sia-sia atas berlangsungnya kejadian tersebut.

Dan ternyata eksistensi minoritas itu, lambat tahun semakin meracuni keberadaan masyarakat indonesia ini,  karena  di dukung dengan identitas pribadi bangsa yang sudah majemuk, yang secara otomatis telah terdiri dari berbagai unsur, baik itu kelompok yang bersekala kecil ataupun besar yang memudahkan  bagi mereka yang merasa memiliki power dan berada di lingkungan kelompok yang mayoritas untuk merendahkan atau meniadakan kelompok minornya, maka sekali lagi dengan kejadian yang sudah sangat ramai sekali terjadi di negri kita mengenai konflik yang menciderai kelompok minoritas tersebut, sehingga ini menjadi tanggungan bagi kita untuk  kembali menyadarkan meraka akan adanya potensi yang di timbulkan ketika kita tak lagi merangkul kelompok-kelompok kecil itu.

Dengan memulai dari diri sendiri untuk mencoba menghargai setiap keragaman, setiap perbedaan dan perkumpulan, itu adalah salah satu proses yang menurut saya sangat tepat untuk membentuk generasi kedepan nanti menjadi generasi yang sadar akan kebersamaan dengan berbagai kemajemukkan. Biar kan kaum tua berbuat sesuka mereka namun mari kita sadarkan generasi mudanya agar ketika nanti generasi tua sudah pada tumbang, maka generasi muda yang akan bangkit dengan kemampuan untuk menciptakan sejarah yang baru, sejarah yang menghargai perbedaan .

Ingat lah bahwa sekali saja kau tak menghiraukan keberadaan sang “Minor” maka siap-siap lah suatu saat nanti sang kecil ini akan menjadi besar sehingga mampu unutuk menge‘bomm’ mereka yang menyikutnya.

*Baca coretan saya yang lainnya yah..

* Aku menulis ini hanya sebagai ajang belajar untuk mengungkapkan setiap hal yang pernah  ku ketahui, tentunya dengan menulis, karena menulis adalah ajang bagiku untuk merekam hidup.

Maroko.12:01/31-08-2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun