Seringkali rencana hidup, life plan, dirancang dengan fokus pada tempat atau posisi yang ingin diraih. Tempat/posisi tersebut seolah menjadi jalur mutlak yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Bahkan dalam beberapa kasus, tempat/posisi tersebut merupakan tujuan akhir itu sendiri.Â
Semisal membuat lifeplan dengan tujuan utama kuliah di IE Business School. Apakah ini salah? Tentu tidak. Setiap orang berhak mendefinisikan rencana hidupnya. Namun, rencana hidup bagi saya lebih dari sekadar membuat perencanaan tempat/posisi apa yang ingin diraih selama hidup. Lifeplan merupakan sebuah bagian dari manajemen diri dalam merealisasi 'value' yang membuat manusia berbeda antar satu dengan lainnya.
Manajemen diri secara etimologis berasal dari kata manajemen dan diri. Manajemen dalam BusinessDictionary.com bermakna  'The organization and coordination of the activities of a business in order to achieve defined objectives'1 atau 'sebuah pengkoordinasian berbagai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan'.Â
Stephen M. Edelson, Ph.D, menyatakan manajemen diri merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk menjelaskan proses mencapai kemandirian dalam bentuk pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan, sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar2.
Metode DMAIC merupakan sebuah pendekatan manajemen yang terdiri atas proses define, measure, analysis, improve, dan control. Pendekatan ini biasa digunakan pada manajemen kualitas dengan metode six sigma pada suatu perusahaan.Â
Aplikasi DMAIC pada penerapan six sigma berfokus pada cacat dan variasi, dimulai dari mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualiras (critical to quality) dari suatu proses hingga memberikan usulan-usulan perbaikan (improvement) terkait cacat yang timbul. Namun dalam konteks manajemen diri, metode DMAIC digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya deviasi antara kegiatan sehari-hari dengan tujuan hidup yang ingin dicapai.Â
Penerapan DMAIC pada manajemen diri juga memungkinkan penggunaan waktu yang lebih optimal dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Output akhir yang dicapai ialah terciptanya sebuah efektivitas dan efisiensi dalam menjalani hidup.
Penerapan DMAIC dalam manajemen diri diawali dengan proses define. Proses ini bermakna mendefinisikan secara jelas hakikat diri dan langkah dalam mengaktualisasinya.Â
Dalam proses pendefinsian hakikat diri, kita mencoba mendefinisikan siapakah diri kita, nilai apa yang kita miliki, visi apa yang akan kita bawa, potensi dan kelemahan apa yang kita miliki, serta apa yang membuat kita berbeda dengan lainnya.Â
Proses mendefinisikan diri juga berarti 'finding me' atau berusaha lebih mengenal diri sendiri. Langkah dalam pendefinisian diri dapat dilakukan melalui perenungan mendalam maupun tools psikologi seperti MBTI test atau Stiffin Test.
Pendefinisian langkah aktualisasi diri mengacu pada penggunaan metode SMART dalam penyusunan langkah strategis (life plan) merealisasikan visi hidup. Penyusunan life plan metode SMART dilakukan dengan spesifik (Specific), terukur (measureable), dapat diraih (achievable), realistis (realistic), dan terukur waktunya (timed). Life plan dalam manajemen diri juga mencakup love, health, wealth, dan fullfillment. Love mengacu pada hubungan dengan orang-orang terdekat yang kita cintai, seperti pasangan hidup, anak, orang tua, saudara, dan teman-teman. Health merujuk pada kualitas tubuh jasmani seperti kesehatan, vitalitas, berat badan, makanan, olahraga, dan istirahat. Wealth yang dimaksud ialah kekayaan finansial yang ingin dimiliki seperti pendapatan & pengeluaran, keuntungan bisnis, investasi, dan tabungan. Sementara fullfillment mengacu pada kualitas emosional dan spritual seperti merasa bersyukur, kontribusi sosial, dan hubungan dengan tuhan