Mohon tunggu...
Nizan Solehudin
Nizan Solehudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lakukan Segala Sesuatu Atas Nama Tuhan dan Kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kegelisahan Eksistensial dan Terbentuknya Manusia Modern

14 Desember 2022   23:00 Diperbarui: 14 Desember 2022   23:02 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup mengalami banyak dinamika baik secara fisik dan psikis yang terjadi terhadap manusia, dinamika tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat terelakan, karena manusia dalam hal ini hanya bisa menerima dan menjalani setiap perubahan yang ada. 

Kemutlakan itu harus kita sadari dan maknai secara eksistensial, sehingga dengan adanya perubahan tersebut, tidak membuat manusia terlena dan terlempar dalam kesemuan hidup yang tanpa makna. Manusia sebagai makhluk tuhan yang sempurna dibekali akal, dengan alat tersebut manusia menjadi animal simbolicum yang artinya makhluk yang mampu mendeskrpsikan dan menafsirkan setiap perubahan yang ada.

Dalam setiap babak baru kehidupan pasti mempunyai peluang dan tantangan, terkait dengan peluang dan tantangan yang dialami oleh setiap manusia pasti memiliki kepelikan tersebut. mungkin peluang dan tantangan yang dialami oleh generasi tahun 60an, tahun 90an dan kita yang berada di era generazi Z atau alfha. 

Melihat dan menafsirkan fenomena tersebut, kita mulai berfikir bahwa, dulu kehidupan begitu biasa saja tanpa perkembangan teknologi yang siginikan, sehingga keberadaan alam dan keindahan alam begitu kenal sekali, sekarang pun kita masih bisa melihat hal tersebut, selain itu kehidupan dahulu mungkin terlihat mengasyikan diri kerukunan serta permainan yang ditampilkan begitu membahagiakan walaupun terlihat sederhana dan masih banyak yang lainnya. 

Sekali lagi mungkin kita sebentar mengalami hal tersebut, sehingga kerinduan akan semua peristiwa dan kehidupan dulu menjadi dikenang dan direnungi sampai hari ini.

Kita masuk dalam kehidupan modern saat ini dan sampai pada kesimpulan bahwa semua berubah secara drastic, bahkan mungkin tidak terfikirkan dimasa lalu akan seperti apa hari ini. 

Manusia memiliki andil dalam perubahan yang terjadi saat ini, karena manusia memiliki daya imajinasi dan kreatifitas, sehingga muncul perkembangan dari berbagai aspek kehidupan baik itu nilai, moral dan perkembangan ilmu dan teknologi saat ini. Sampai disini kita berkesimpulan dunia yang dihadapi kian berubah, maka kebutuhan dan tantangan berbeda.

Namun, kendati perubahan yang terjadi menjadi polemik bagi setiap insan manusia dewasa ini, keniscayaan ini membuat manusia terlena dan tidak mampu menafsirkan secara jernih, sehingga yang ada manusia hari ini banyak kehilangan kesempatan dalam memaknai kehidupan, disitulah terjadi kegelisahan eksistensial.

Dunia yang kita tempati hari ini memiliki esensi yang banyak menggelisahkan manusia satu sama lain, begitu ketatnya strandarisasi dan nilai yang dipegang dalam mendudukan manusia. Hal ini terlihat dari siapa yang berkuasa, siapa yang punya privilege (keistimewaan), siapa yang kaya raya dan berbagai yang tidak bisa kita uraikan. 

Itulah yang menang dalam dunia modern saat ini, sehingga benar apa yang dikatakan Gabriel Marcel seorang tokoh eksistensialis mengatakan bahwa "manusia pada saatnya akan dilihat sebagai fungsi semata, bukan sebagai manusia eksistensial". Maka wajar apabila hari ini, manusia yang tidak mempunyai nilai dan fungsi baik secara material maupun kekuasaan lainnya tidak akan pernah dipandang sebagai manusia, hanya akan dilihat sebagai setengah manusia yang lemah dan tidak berguna.

Sedikit dan banyaknya persoalan tersebut menggelisahkan manusia modern saat ini, apalagi bagi kaum muda yang sedang mencari pengalaman dan kebermaknaan hidup. 

Bisingnya dikepala menjadi keniscayaan dengan situasi dan kondisi yang diciptakan oleh manusia itu sendiri terkait dengan nilai dan standarisasi hidup yang harus dijalani. Keraguan akan masa depan, kecemasan akan masa depan seperti apa, khawatir atas segala impian yang belum terealisasi atau bahkan mungkin takdir tidak berpihak kepada kita saya meyakini ini banyak dialami oleh semua orang apalagi yang introvert.

Tulisan ini hanya sebagai reaksi penulis yang sedang dalam kecemasan tersebut, sehingga penulis ingin membagi dan menanyakan bagi pembaca, apakah kita mengalami masalah dan kecemasan yang sama terkait hidup dan berkehidupan saat ini. 

Tapi yang jelas kita memang harus berdamai dengan diri, dengan terus melakukan upaya do'a terhadap Allah Swt, agar setiap langkah dan usaha kita menjadi buah yang manis dikemudian hari. 

Apabiila keinginan dan impian yang kita dambakan tercapai, jangan lupakan masa sulit ini, karena ini akan menjadi sebuah cerita dan makna yang mengasyikan dan bersujud bangga atas segala yang telah dilalui. Dan, apabila keinginan dan impian kita tak kunjung tercapai, biarkan itu menjadi suratan takdir yang harus kita terima Fatum Brutum Amor Fati (Kita harus menerima takdir dan mencintai takdir).

Ja Sagen (Iyakan Hidupmu dan terima semuanya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun