Mohon tunggu...
Nizan Solehudin
Nizan Solehudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lakukan Segala Sesuatu Atas Nama Tuhan dan Kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pas

15 Juli 2021   01:39 Diperbarui: 15 Juli 2021   02:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PADA AKHIRNYA HATI NURANI MENJADI ESENSI 

 

Pixabay.com

 

Oleh: Nizan Solehudin

 

Masih dalam situasi dimana kita menghadapi virus covid-19 yang memporak-porandakan kehidupan bangsa Indonesia saat ini, dan entah sampai kapan akan berakhir seluruh permasalahan ini yang senantiasa menganggu ketertiban kehidupan kita sehari-hari. Kita harus memahami bahwa manusia mempunyai suatu hirarki kebutuhan yang senantiasa harus dipenuhi salah satu yang ada didalamnya yaitu kebutuhan fisiologis artinya makan dan minum yang bersifat jasmaniyah, yang selanjutnya samapai kepada kebutuhan akan aktualisasi diri, spiritualitas dan sebagainya. Namun, sebelum jauh melangkah melihat hirarki kebutuhan manusia secara utuh, kita harus senantiasa melihat apakah dari tahap awal kebutuhan manusia secara hirarki berjalan dengan lancar apa tidak, apalagi ditengah situasi seperti ini, secara yakin saya mengatakan bahwa banyak masyarakat yang dibawah standar termasuk golongan yang cukup perihal stabilitas ekonominya.

Kalo mau berbicara secara jujur dalam situasi normal pun masih banyak masyarakat Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan, sekali lagi apalagi dalam situasi seperti, yang kalau mengutip masyarakat awam mengatakan bila tidak bekerja sehari dapur, biaya sekolah anak, dan sebagainya tidak terpenuhi. Lalu bagaimana konsep orang-orang yang mempunyai otoritas baik itu pemerintah, atau orang yang mempunyai kekayaan berlebih dalam menyikapi persoalan ini, dalam perspektif saya pribadi sebetulnya masyarakat Indonesia bukan tidak mempercayai bahwa virus ini berbahaya dan mematikan. Namun, lagi-lagi bahwa mereka dihadapkan pada suatu kontradiksi yang saling bertentangan, dengan saat bersamaan mereka harus memilih untuk menentukan sikapnya.

Dalam sosial media pun hari ini di dominasi oleh kegelisahan dan muaknya mengenai masalah ini, bila kita mencermati secara seksama, memperlihatkan tangisan air mata yang tiada henti masyarakat yang mencari rezeki di jalan yang harus secara paksa di bubarkan. Walaupun kita tidak dapat menyalahkan hal tersebut, karena alasan dibelakangnya untuk mengantisipasi menyebarnya virus. Namun, ada cara lain yang lebih tepat dilakukan, karena kita harus menyadari bahwa kita tidak mampu menjamin kelangsungan hajat kehidupan masyarakat, maka berikan mereka suatu harapan agar tetap semangat menjalani kehidupan saat ini, dan memperlakukannya secara bijaksana. Sudah bukan saatnya kita berbicara hal-hal teknis yang ditinjau melalui rasionalitas dan kuanitatif mengenai ini, menghitung angka kematian, data kemiskinan, dan memberitahukan melalui TV yang positif covid-19, yang perlu kita lakukan melihat setiap sorot mata setiap masyarakat untuk mempunyai harapan untuk bertahan hidup, melalui tercukupinya finansialnya. Konsep seperti ini tidak bisa ditinjau dengan rasional dan statistik, ini hanya bisa dilihat oleh intuisi dan hati nurani yang hanya dimiliki oleh manusia, kalau kita tidak bisa menggunakannya jangan-jangan kita setengah manusia setengah hewan.

 

Hal yang perlu kita miliki hari ini adalah (pandai merasa bukan merasa pandai) wajar bila kita merasa pandai, karena kita mengagungkan rasionalitas sebagai ciri manusia modern hari ini. Sehingga kita tumpul dalam bagian intuiasi dan hati nurani, karena kita tidak melatih dan memelihara untuk bisa pandai merasa, karena itulah akibatnya terjadi korupsi yang disetiap lini terjadi. Manusia berkendak untuk berkuasa, merasa diri superioritas serta akan menjadi karakter serta kepribadiannya, wajarlah bila terjadi banyak kekacauan semua bukan terjadi secara kausalitas, tapi dilakukan oleh motif yang dikehendaki. Kita bukannya tidak bisa makmur dan sejahtera, yang perlu kita renungkan sejauh mana kita berupaya, dan berdasarkan apa kita melakukannya. Apakah berdasarkan umat manusia, atau kepentingan-kepentingan untuk stabilitas kehidupan pribadi.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun