Pada tanggal 15 hingga 16 November 2024, Jeddah, Arab Saudi, menjadi tuan rumah bagi Konferensi Tingkat Tinggi Global ke-4 tentang Resistensi Antimikroba (AMR). Acara ini dihadiri oleh menteri kesehatan dan perwakilan dari berbagai negara serta organisasi internasional, yang berkumpul untuk membahas tantangan serius yang dihadapi dunia akibat meningkatnya resistensi terhadap obat-obatan antimikroba. Konferensi ini bertujuan untuk memperkuat komitmen global dalam menangani masalah AMR yang telah menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat.
Resistensi antimikroba adalah kondisi di mana mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi kebal terhadap obat-obatan yang sebelumnya efektif. Masalah ini telah menyebabkan meningkatnya angka kematian akibat infeksi yang dapat dicegah dan mengancam kemajuan medis yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir. Dalam konteks ini, konferensi di Jeddah menjadi sangat penting untuk merumuskan strategi bersama dalam menghadapi tantangan ini.
Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan Arab Saudi menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam memerangi AMR. “Kita harus bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang efektif dan berkelanjutan,” ujarnya. Ia juga menyoroti perlunya pendekatan One Health, yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, tanaman, dan lingkungan dalam upaya mengatasi AMR secara holistik.
Salah satu fokus utama dari konferensi ini adalah pengembangan kapasitas di berbagai sektor untuk mencegah dan mengendalikan AMR. Diskusi mencakup pentingnya pengumpulan data yang akurat untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti. Para peserta sepakat bahwa data yang kuat akan membantu dalam merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan responsif terhadap situasi di lapangan.
Konferensi ini juga membahas perlunya pendanaan berkelanjutan untuk inisiatif terkait AMR. Banyak negara menghadapi tantangan dalam alokasi sumber daya untuk memerangi resistensi antimikroba. Oleh karena itu, para pemimpin dunia didorong untuk meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan obat baru serta teknologi diagnostik.
Selain itu, konferensi ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan farmasi dan lembaga penelitian, diharapkan dapat ditemukan solusi inovatif untuk mengatasi masalah AMR. “Kemitraan antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk mempercepat penemuan dan distribusi antimikroba yang efektif,” kata salah satu pembicara kunci.
Sebagai bagian dari acara tersebut, juga diadakan sesi khusus yang membahas pengalaman belajar dari pandemi COVID-19. Para ahli menekankan bahwa pelajaran dari krisis kesehatan global tersebut harus diterapkan dalam upaya melawan AMR. “Kita tidak bisa mengulangi kesalahan yang sama; kolaborasi global adalah kunci,” tegas seorang panelis.
Di akhir konferensi, para peserta menyepakati deklarasi bersama yang menegaskan komitmen mereka untuk memperkuat kerjasama internasional dalam memerangi AMR. Deklarasi tersebut mencakup langkah-langkah konkret yang akan diambil oleh masing-masing negara untuk meningkatkan kesadaran tentang AMR dan mempromosikan penggunaan antimikroba secara bertanggung jawab.
Dengan hasil dari konferensi ini, harapan muncul bahwa dunia dapat bersatu dalam menghadapi tantangan resistensi antimikroba. Kolaborasi internasional yang kuat dan komitmen nyata dari setiap negara akan menjadi kunci dalam menjaga kesehatan masyarakat global dan memastikan bahwa kemajuan medis tidak terancam oleh masalah AMR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H