Mohon tunggu...
NI WAYAN ADVENSIA NADINE
NI WAYAN ADVENSIA NADINE Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

saya NI WAYAN ADVENSIA NADINE PALAMBA,nama panggilan saya NADINE saya lahir di pulau sulawesi selatan tepatnya di TANA TORAJA pada tanggal 10 desember 2005. Hobi saya yaitu menyanyi dan saya sangat suka travelling.Makanan kesukaan saya adalah Ayam Goreng buatan papa saya yang sangat enak.Saya seorang Mahasiswi di salah satu universitas swasta di yogyakarta yaitu ATMA JAYA YOGYAKARTA saya mengambil jurusan ilmu komunikasi,saat ini saya masih semester 2.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Analisis Komunikasi AntarBudaya di Kawasan Urban Indonesia: Tantangan dan Upaya Kreatif

30 Juni 2024   20:21 Diperbarui: 30 Juni 2024   23:18 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, komunikasi antarbudaya menjadi hal yang semakin esensi, terutama di kawasan urban Indonesia yang heterogen secara budayanya. Menurut Sudarmika (2020), komunikasi antar budaya didefinisikan sebagai proses dimana individu dari latar belakang budaya yang berbeda saling berinteraksi secara efektif dan membangun pemahaman bersama. Keberagaman etnis, agama, dan adat istiadat di Indonesia menciptakan kompleksitas dalam interaksi sosial. 

Oleh karena itu, kemampuan untuk berkomunikasi melintasi batas-batas budaya tidak hanya menjadi kebutuhan praktis tetapi juga landasan untuk mencapai kohesi sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih arif dan bijaksana. Keberagaman budaya yang kaya ini memerlukan pendekatan yang sensitif dan strategis dalam komunikasi antarbudaya untuk menghindari kesalahpahaman dan konflik. Komunikasi yang efektif antar kelompok budaya dapat menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan sosial dan mendorong pengembangan masyarakat yang lebih harmonis. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya di kawasan urban Indonesia menjadi kunci untuk mewujudkan integrasi sosial yang sehat dan mendorong pertumbuhan bersama dalam kerangka kebangsaan yang pluralistik.

Tantangan dalam komunikasi antarbudaya:

Di kawasan urban Indonesia, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam menjalankan komunikasi antarbudaya secara efektif. Salah satu tantangan utama adalah perbedaan bahasa dan dialek lokal yang digunakan oleh masyarakat dari latar belakang etnis yang beragam. Misalnya, di Jakarta, ibu kota yang menjadi melting pot berbagai budaya, terdapat perbedaan mencolok dalam penggunaan bahasa pengantar antara suku Betawi dengan suku Jawa, Tionghoa, atau Minan. Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa resmi terkadang tidak mampu sepenuhnya menjembatani perbedaan ini, sehingga masih sering terjadi kesalahpahaman atau kebingungan dalam percakapan sehari-hari (Utami, 2024). Perbedaan dalam intonasi, kosakata, dan struktur kalimat bisa menjadi penghalang dalam menyampaikan pesan secara jelas dan efektif.

Tantangan lainnya adalah perbedaan norma sosial dan nilai-nilai budaya yang mendasari perilaku komunikatif setiap individu. Norma sosial yang berbeda bisa mempengaruhi cara orang berinteraksi dan mengekspresikan diri mereka (Innamorati et al., 2023). Misalnya, cara menyampaikan pendapat atau menghormati lawan bicara dapat bervariasi secara signifikan antara kelompok budaya yang berbeda. Di Jakarta, seorang individu dari budaya Batak mungkin lebih terbuka dan langsung dalam menyampaikan pendapat, sedangkan seseorang dari budaya Jawa mungkin lebih mengutamakan keharmonisan dan memilih cara komunikasi yang lebih halus dan tidak konfrontatif. Perbedaan ini sering kali menimbulkan salah pengertian dan dapat mempengaruhi kualitas interaksi antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda. 

Usaha kreatif dalam menghadapi tantangan:

Untuk mengatasi tantangan dalam komunikasi antarbudaya di kawasan urban, diperlukan usaha kreatif dan inovatif dari berbagai pihak. Salah satu langkah kreatif yang sangat efektif adalah pendekatan pendidikan multikultural di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya (Sipuan et al., 2022). Melalui kurikulum yang menekankan pentingnya keberagaman dan toleransi, siswa dapat diajarkan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya sejak usia dini. Programprogram ini dapat mencakup pengajaran sejarah dan budaya dari berbagai kelompok etnis di Indonesia, serta pelatihan komunikasi yang menekankan pentingnya mendengarkan dan menghormati perspektif orang lain. 

Dengan demikian, generasi muda akan lebih siap untuk berinteraksi dalam lingkungan multikultural dan mampu mengatasi potensi konflik budaya dengan lebih bijaksana. Selain itu, penggunaan media massa dan teknologi informasi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya. Media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik dan dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarkan pesan-pesan yang mendukung toleransi dan inklusivitas. 

Kampanye-kampanye kesadaran masyarakat yang disiarkan melalui televisi, radio, dan media sosial dapat memperkenalkan masyarakat pada konsep-konsep dasar komunikasi antarbudaya dan menyoroti pentingnya menghormati perbedaan. Platformplatform daring, seperti blog, forum diskusi, dan media sosial, juga dapat menjadi ruang untuk dialog antarbudaya yang konstruktif, memungkinkan individu dari berbagai latar belakang untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka. Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi stereotip dan prasangka, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dan berpartisipasi dalam percakapan yang membangun tentang keberagaman budaya (Marbun, 2023). 

Studi Kasus: Komunikasi Antarbudaya di Jakarta:

Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta menjadi pusat pertemuan berbagai budaya dari seluruh pelosok negeri. Studi kasus tentang komunikasi antarbudaya di Jakarta menunjukkan bahwa meskipun terdapat beragam tantangan, terdapat pula upaya konkret untuk memfasilitasi dialog lintas budaya yang efektif. Salah satu contohnya adalah penyelenggaraan berbagai festival budaya dan acara seni rutin yang diadakan di Jakarta. Acara-acara seperti Festival Budaya Betawi, Jakarta Fair, dan Pekan Raya Jakarta tidak hanya menjadi wahana hiburan bagi masyarakat, tetapi juga berfungsi sebagai platform penting untuk mempromosikan pengertian dan toleransi antarbudaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun