Perkembangan teknologi rasanya tak khidmat tanpa diiringi dengan penerapan yang maksimal. Hal itu lah yang menjadi dasar inspirasi tim KKN dari Universitas Negeri Malang (UM) untuk mengembangkan mesin pengolahan batik guna membantu kelancaran produksi batik UMKM Batik Cantik Suropati (BCS), Tembokrejo, Kota Pasuruan.
Sebagai mahasiswa, pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan hal pokok yang hendaknya dilaksanakan dengan penuh keseriusan. Salah satu isi dari dari Tri Dharma tersebut, setelah Pendidikan dan Penelitian, adalah Pengabdian Masyarakat. Bukan hal lain, dengan adanya program pengabdian masyarakat, diharapkan segala ilmu pengetahuan yang didapatkan para mahasiswa bisa langsung diterapkan ke masyarakat, dan tidak hanya berhenti di bangku perkuliahan saja.
Oleh karena itu, melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata) Universitas Negeri Malang, 5 mahasiswa yang berasal dari rumpun ilmu yang beragam, berkolaborasi mengembangkan sebuah teknologi mesin, guna meningkatkan produktivitas sebuah UMKM Batik di Kota Pasuruan, yakni Batik Cantik Suropati, sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat.
Tim ini terdiri dari Wildanna Indah Kusuma (S1 Teknik Industri), Nur Izza Vania (S1 Teknik Industri), Nathania Nabilla Azah'ra (S1 Teknik Industri), Muhammad Sholeh Apif (S1 Pendidikan Teknik Mesin), dan Ahfad Sainrait Muhammad (S1 Pendidikan Kimia) yang melaksanakan program bertajuk "Teknologi Mesin Pengolahan Batik Terintegrasi Sinar UV-C dalam meningkatkan Produktivitas Serta Alternatif Solusi Pencemaran Limbah Kelompok Batik Cantik Suropati, Tembokrejo".
Pada saat tim berkunjung ke basecamp BCS, Suci, selaku ketua bertutur "Proses produksi batik kami masih sangat bergantung pada sinar matahari. Semuanya masih dilakukan dengan manual, termasuk pengeringan batiknya itu tadi."Â
Pelestarian SDM terdampak pandemi dan upaya pelestarian budaya bangsa, membuat BCS yang baru berdiri pada akhir tahun 2020, telah mendapatkan legalitas usaha berupa IUMK pada awal tahun 2021. Proses produksi selama ini, menunjukkan BCS masih belum bisa optimal dalam pemenuhan target produksi yang harusnya sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat setiap bulannya.
Selain itu, saat tim berkunjung kesana, juga ditemukan bahwa limbah sisa produksi BCS, yang berasal dari proses pewarnaan dan waterglass, langsung dibuang tanpa melalui proses filtrasi, sehingga tim juga mengupayakan untuk melengkapi teknologi mesin menggunakan alat filtrasi limbah sederhana menggunakan penerapan metode elektrokoagulasi pada bagian bawah mesin.
Dengan dikembangkannya mesin ini, diharapkan bisa menjadi alat bantu dalam proses pengeringan batik di Batik Cantik Suropati, serta membantu mengurangi kandungan zat berbahaya limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H