Politik Kaum Proletariat: Sejarah, Teori, dan Perjuangan
Politik kaum proletariat adalah politik yang berdasarkan pada kepentingan dan aspirasi kelas pekerja yang tidak memiliki atau memiliki sedikit alat produksi, dan harus menjual tenaga kerja mereka untuk memperoleh penghasilan. Politik kaum proletariat bertujuan untuk menghapuskan sistem kapitalisme yang mengeksploitasi dan menindas kelas pekerja, dan menggantinya dengan sistem sosialis atau komunis yang menjamin kesetaraan dan kesejahteraan bagi semua orang.
 Sejarah Politik Kaum Proletariat
Istilah proletariat berasal dari bahasa Latin proles, yang berarti keturunan atau anak. Pada masa Romawi Kuno, proletariat adalah kelas sosial terendah yang tidak memiliki harta atau properti, dan hanya memiliki anak sebagai kontribusi untuk negara. Proletariat dianggap sebagai kelas yang tidak produktif dan tidak berharga, dan sering menjadi sasaran penghinaan dan penghinaan.
Pada abad ke-19, istilah proletariat diadopsi oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, dua tokoh utama dalam pemikiran sosio-politik Marxis, untuk menggambarkan kelas pekerja yang muncul akibat revolusi industri. Marx dan Engels menganggap proletariat sebagai kelas yang paling revolusioner dan progresif dalam sejarah, karena mereka memiliki potensi untuk menggulingkan sistem kapitalisme yang menguntungkan kelas borjuis (kelas pemilik alat produksi) dan merugikan kelas pekerja.
Marx dan Engels menulis tentang politik kaum proletariat dalam berbagai karya mereka, seperti Manifesto Komunis, Das Kapital, dan Surat-surat Paris. Mereka mengajak proletariat untuk bersatu dan berjuang melawan borjuis, dan membentuk sebuah negara sosialis yang akan menjadi tahap transisi menuju komunisme. Dalam komunisme, tidak akan ada lagi kelas sosial, alat produksi akan dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat, dan setiap orang akan bekerja sesuai kemampuan dan mendapatkan sesuai kebutuhan.
Politik kaum proletariat mendapat dukungan dan simpati dari banyak pekerja di berbagai negara, terutama di Eropa. Beberapa gerakan dan partai politik yang berbasis pada ideologi Marxis, seperti Liga Komunis, Partai Buruh Sosial Demokrat Jerman, dan Partai Komunis Uni Soviet, muncul dan berusaha merealisasikan cita-cita politik kaum proletariat. Politik kaum proletariat juga memicu berbagai peristiwa sejarah penting, seperti Komune Paris, Revolusi Rusia, dan Revolusi Cina.
 Teori Politik Kaum Proletariat
Politik kaum proletariat didasarkan pada beberapa teori dan konsep utama yang dikembangkan oleh Marx dan Engels, serta para pemikir Marxis lainnya. Beberapa teori dan konsep tersebut adalah:
Materialisme dialektis, yaitu pandangan filsafat yang menyatakan bahwa realitas adalah materi yang bergerak dan berubah secara konstan, dan bahwa perubahan tersebut terjadi karena adanya pertentangan dan kontradiksi antara kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Dalam sejarah manusia, pertentangan dan kontradiksi tersebut terjadi antara kelas-kelas sosial yang memiliki kepentingan yang berbeda dan bertentangan.
Materialisme historis, yaitu pandangan sejarah yang menyatakan bahwa perkembangan sejarah manusia ditentukan oleh perkembangan mode produksi, yaitu cara manusia menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mode produksi terdiri dari dua unsur, yaitu alat produksi (seperti tanah, mesin, pabrik, dll) dan hubungan produksi (seperti kepemilikan, pembagian kerja, dll). Mode produksi menentukan struktur kelas sosial, ideologi, politik, hukum, seni, dan budaya dalam masyarakat.