(sumber gambar :Â http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yunus_Anis)
Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang satu ini? Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1959-1962) ini terlahir dengan nama Muhammad Yunus Anis. Ia dilahirkan di kampung Kauman pada tanggal 3 Mei 1903. Ayahnya bernama Haji Muhammad Anis, seorang Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta dan masih ada hubungan kekerabatan dengan Sultan Mataram. Hal ini berdasarkan surat kekancingan dari Swadana tepas Dwara Putera Kraton Ngayogyakarta tahun 1961.
Masa kecil Yunus Anis banyak mendapatkan pelajaran teladan dari ayahnya, yang tidak lain tidak bukan adalah teman seperjuangan K.H. Ahmad Dahlan. Bahkan nama sang ayah tercatat dalam retch person Muhammadiyah. Membaca al-Qur’an dan pendidikan akhlak adalah ilmu pertama dan utama yang diperoleh dari kakek dan ayahnya.
Pendidikan formalnya dimulai dari Sekolah Rakyat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian dilanjutkan di Sekolah al-Atas dan Sekolah al-Irsyad, Batavia (Jakarta) yang dibimbing oleh Syekh Ahmad Syurkati, kawan karib K.H. Ahmad Dahlan. Pendidikan yang didapat di sekolah itu membawa dirinya sebagai mubaligh yang tangguh. Setelah tamat dari pendidikan formalnya, Yunus Anis mengaktifkan diri sebagai mubaligh untuk menyalurkan pengetahuan agama yang sudah diperolehnya.
Tak segan-segan Yunus Anis terjun ke tengah-tengah masyarakat di berbagai daerah Tanah Air untuk mengembangkan misi dakwahnya sekaligus menyebar luaskan gerakan Muhammadiyah. Selama rentang pengabdiannya sebagai mubaligh, beliau pernah bermukim di berbagai daerah seperti di Sigli, Nangroe Aceh Darussalam hingga ke Pandang Panjang, Sumatera Barat, serta pernah pula bermukim di Makassar dan Alabio, Kalimantan Selatan.
Yunus Anis kembali ke Yogyakarta karena diminta membina bagian pemuda Hizbul Wathan. Tugas itu diterimanya dengan penuh gairah, lalu bekiprah sungguh-sungguh dalam membina pemuda yang berjiwa agresif dan kreatif bersendikan nilai-nilai Islam. Dan di kemudian hari diharapkan menjadi generasi-generasi penerus yang cakap serta cerdas dari segi ilmu dan agama, trampil dan dilandasi dengan iman yang teguh. Dalam kesempatan Apel Besar Hizbul Wathan di Alun-Alun Utara Yogyakarta, Yunus Anis tampil membangkitkan semangat dengan hadir sambil menunggang kuda untuk memeriksa pasukan. Tampaklah pada dirinya ditunjang postur tubuhnya yang tinggi dan besar, sosok kepemimpinan yang tegas dan berkesan. Tak pelak kesan itu kemudian tersiar di luar kalangan Muhammadiyah.
Diberbagai daerah yang disinggahi dan dimukimnya, Yunus Anis selalu membuka jalan baru bagi berkembangnya Muhammadiyah. Beliaulah yang telah banyak berjasa dalam mendirikan cabang-cabang Persyarikatan Muhammadiyah. Besar andilnya dalam mengembangkan misi dakwah dan gerakan Muhammadiyah yang pada akhirnya membawanya sebagai Pengurus Besar Muhammadiyah.
Selain itu, Yunus Anis dikenal pula sebagai organisator dan administrator. Bakat itu pernah mengantarkannya sebagai Pengurus Cabang Muhammadiyah Batavia (Jakarta), dan disanalah kepemimpinannya semakin terlihat menonjol hingga memperoleh kepercayaan dari pihak-pihak petinggi di Muhammadiyah. Maka tahun 1934 hingga tahun 1936 serta tahun 1953 hingga 1958, beliau ini dipercaya sebagai Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan kemudian seiring berjalannya waktu beliau dipercaya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiah tahun periode 1959 hingga 1962.
Muhammad Yunus Anis adalah salah satu tokoh pembaharu Muhammadiyah pada periodenya. Kemajuan Islam di Indonesia merupakan berkah pemikiran dan pandangannya terhadap Islam. Prinsip beliau beragama hanyalah satu yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber kebenaran Bergama. Dari hal tersebut tercerminlah perilaku beliau yang senantiasa menolak kebatilan dan kemungkaran.
Dan tidak kalah menarik lagi adalah perhatiannya terhadap kegiatan sosial bermasyarakat yang sangat besar terutama terhadap anak yatim piatu dan fakir miskin. Beliau berpendapat bahwa umat Islam harus memiliki peran aktif dalam segala bidang termasuk dalam pemerintahan. Dan apapun yang bertentangan dengan Islam harus ditolak dengan tegas. Beliaupun mengatakan bahwa umat Islam diharuskan mempunyai peranan penting bagi nusa, bangsa dan negara kita, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H