Mohon tunggu...
Bonita Rausyni Kareem Nasution
Bonita Rausyni Kareem Nasution Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

anak Ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2013 =))

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Erosi Akhlak Merupakan Musibah di Atas Musibah

1 Januari 2014   14:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Gemerlapnya kota dengan gedung-gedung tinggi dan kokoh, teknologi yang semakin maju dan sederet kemajuan yang menunjukan kehebatan dan kekuatan. Semua ini adalah nikmat yang patut kita syukuri. Namun pada kenyataannya kekokohan lahiriah dan dunia seperti unu hanya ditopang oleh kekokohan batin saja, namun aqidah dan akhlaqul karimah tetap menduduki peran utama! Karena jika tidak ada akan seperti pohon yang menjulang tinggi, namun batang pohonnya yang keropos.

Nikmat dan kemajuan seperti ini wajib disyukuri dengan memanfaatkannya dalam perkara ketaatan. Jangan menjadi penyebab datangnya musibah seperti yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Karenanya Allah Ta’ala pun telah mengingatkan orang-orang Bani Israil (Yahudi) seperti arti dalam kandungan ayat suci ini: “Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah kamu berikan kepada mereka”. dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datangnya nikmat itu kepadanya, maka Sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya.” (Q.S Al-Baqarah:211)

Apa yang terjadi pada Bani Israil juga mulai terjadi pada umat Islam. Ini dapat digambarkan pada iman dan akhlaq setiap muslim di zaman kita. Coba teman-teman perhatikan di sekeliling kita, maka kita akan menemukan keajaiban dengan terjadinya kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi sedikit demi sedikit, seperti gunung yang mengalami erosi sampai kita tidak dapat lagi melihat gunung yang dahulu menjulang kokoh, bahkan bekasnya tidak ada lagi, rata dengan bumi.

Seperti halnya umat Islam masa kini yang telah mengalami erosi yang perlahan mengikis identitas keislaman pada generasi muslimnya. Sehingga hampir kita tidak dapat mengenali perbedaan antara muslim dan kafir. Sekarang ini banyak umat islam yang berdo’a dan meminta kepada orang yang dianggap wali-wali dan orang sholeh atau tempat yang mereka keramatkan. Padahal Allah Ta’ala berfirman: “Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyeru (berdo’a kepada) seseorangpun didalamnya di samping (menyeru) Allah”. (Q.S. Al-Jin:18)

Dalam penafsiran kitab Al-Qur’an Al-Athim [4/555] Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala menyatakan demikian untuk memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengesakan Allah dalam setiap kondisi ibadah, dan tidak ada seorang yang boleh diseru (dido’ai) selain Allah, serta tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.

Sekarang sudah banyak wanita tidak lagi menggunakan jilbab, kalaupun memakai, hanya memakai jilbab modern yang tidak sesuai dengan aturan (syari’at) agama. Padahal Allah Ta’ala berfirman: “Hai nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita mu’minah, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Ahzaab:59)

Kalau sekarang para pemuda menyanyi dan menonton konser serta nongkrong di pinggir jalan sambil memetik gitar dan usil. Yang tidak jelas gitu deh sobat muda! Padahal Allah Ta’ala berfirman: “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan, dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. (Q.S. Luqman:6). Abdullah bin Mas’ud mengartikan “perkataan yang tidak berguna” adalah “Demi Allah, itu adalah nyanyian”.

Dahulu seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, semisal Nabi SAW., para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah, mereka malah mencintai dan mengikuti orang-orang kafir dan fasik. Bahkan mengidolakan mereka. Buktinya? Lihatlah pemuda kita lebih bangga dengan Michael Jackson, Bekcham, Ungu, NOAH, Simple Plan, dan lain-lain dibandingkan orang-orang yang sholeh tersebut. Musibah diatas musibah!

Syekh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimiy-rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mentaati Rasul Shollallahu ‘alaihi wassalam, dan mengesakan Allah, maka tak boleh baginya mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang yang ia cintai adalah kerabat terdekatnya.”

Sekarang dusta malah menjadi barang yang disukai dan menjadi bahan oleh profesi bagi pemuda dan pelawak, serta pejabat untuk melakukan mencuri dan korupsi menjadi hobi bahkan bakat tersembunyi, seperti Gayus Tambunan, mantan pegawai pajak yang mengkorupsi uang Negara hampir mencapai 100 milyar bahkan lebih, Djoko Susilo, mantan perwira polri yang mengkorupsi uang Negara hampir triliyunan, rumah dimana-mana, istri lebih dari satu, serta masih banyak lagi, itulah contoh-contoh sebagian orang yang tidak takut akan adzab yang pedih dan kejam dari Allah swt. Na’udzubillah min dzalik. Hii… mengerikan…! Padahal Allah Ta’ala berfirman: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Ma’idah:38)

Para pakar psikolog, dan ahli pendidikan berusaha mencari sebab terjadinya kerusakan akhlaq tersebut berserta solusinya. Namun, mereka tidak bisa sepakat dan mufakat, setiap pakar hanya sekedar meraba-raba bagikan seorang yang buta berjalan di kegelapan malam. Padahal andaikan mereka mengambil seorang pemenang dari pelita Al-Qur’an, dan Sunnah, maka mereka akan sampai tujuan dengan selamat, tanpa pusing dan akut.

Padahal kalau kita kembali kepada Sunnah (petunjuk) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kita akan menjumpai bahwa sebab kemerosotan dan erosi akhlaq disebabkan oleh beberapa faktor asasi: Jauhnya Kaum Muslimin dari petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah, merebaknya Taqlid Buta kepada Kaum Kuffar, tipisnya Iman dalam Hati Generasi Muslim, hawa Nafsu yang berkuasa, munculnya acara-acara yang merusak lewat media massa-utamanya televisi-.

Terjadinya erosi dan krisis akhlaq dan moral seperti ini, kembali menyadarkan kita dari tidur yang panjang dan kelalaian yang akut. Sadarlah dari keterlenaan ini sebelum Allah Azza Wa Jalla menurunkan adzab (siksaan)-Nya sebagaimana yang terjadi kepada umat-umat durhaka terdahulu. Jika Allah menurunkan adzab-Nya, maka ia tidak akan menyisakan dan membedakan antara orang yang sholeh dan orang yang jelek. Semuanya akan dikenakan siksaan, jika tidak saling mengingatkan, dan menasehati ketika melihat kemungkaran. Allah Ta’ala berfirman: “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim di antara kamu, dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. (Q.S. Al-Anfaal:25).

Semoga tulisan yang saya buat membawa manfaat bagi sobat-sobat muda semua ini buat ajang dakwah kita untuk melakukan upaya nasihat-menasihati diantara kaum muslimin, sehingga kita tidak diliputi perasaan belum bertaubat, belum mendekatkan diri kepada Allah swt., dan tidak mendapatkan adzab Allah yang sangat pedih. Na’udzubillah min dzalik. Hii… mengerikan. Ingat sobat, fikirkanlah sebelum kamu bertindak melakukan hal yang kamu maksud tersebut.

Terakhir, mari kita berdo’a kepada Allah swt., agar kita (generasi muda) dapat menjadi orang yang lebih baik lagi, lebih teliti dalam melakukan suatu perbuatan, dan semoga kita dapat menjadi kader bangsa yang dapat mengharumkan nama Indonesia tanpa perbuatan-perbuatan yang di haramkan oleh Allah, dan menjadikan kehidupan yang lebih baik lagi di negeri kita tercinta ini, INDONESIA. Sebagaimana dalam arti sebuah hadits riwayat Muslim: “Ya Allah berikanlah hatiku ketaqwaannya, dan sucikan. Engkaulah Penolong dan Pemelihara-Nya”. (HR: Muslim).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun