Sejak munculnya Covid-19 di Indonesia, semua aktivitas terpaksa harus dilakukan secara online. Begitu juga persekolahan. Mengurangi adanya penyebaran covid-19, pemerintah mencetuskan bahwa kegiatan belajar mengajar di lakukan secara daring atau online. Termasuk Universitas Aisyiyah Yogyakarta atau Unisa. Sejak februari 2020, ketetapan belajar secara online di terapkan hingga saat ini. Tentu tidak mudah bagi mahasiswa, karena mahasiswa perlu penyesuaian antara waktu dan kondisi mahasiswa sendiri yang berada di rumah masing-masing atau tempat tinggal lainnya. Sebagai contoh saya, saya adalah mahasiswi gizi semester 4 dan akan menuju semester 5. Perkuliahan secara online, saya jalani kurang lebih dari akhir semester 1 hingga saat ini. Awalnya memang terlihat seperti perkuliahan biasanya. Dimana dosen menjelaskan melalui aplikasi zoom, gmeet, e learning, atau grup wa dllnya lalu mahasiswa bertanya tentang apa yang belum di pahami. Akan tetapi, karena hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan saya termasuk tipe orang yang mudah bosan, pada akhirnya ketika kelas di mulai, saya masih sempatnya membuka aplikasi tiktok. Hal tersebut pasti tidak terjadi pada saya seorang, hampir semua mahasiswa atau siswa lainnya yang menerapkan sistem daring ini pasti berada di posisi saya.Â
Dengan adanya kbm secara online ini tentu menuai pro dan kontra masyarakat. Dampak negatif yang saya rasakan dari adanya kbm secara online ini adalah hambatan komunikasi karena kendala jaringan internet di daerah masing-masing, wajib akses internet, penyampaian dan penerimaan materi tidak maksimal, serta keterbatasan dalam praktek dan tanya jawab. Akan tetapi, kbm secara online juga memiliki sampai positif, yaitu hemat biaya transportasi, hemat waktu dan tenaga, serta lebih santai dan terhindar dari bising. Dari dampak negatif yaitu penyampaian dan penerimaan materi tidak maksimal terbukti dengan adanya banyak konten-konten di media sosial yang berisi tentang suara hati anak-anak mengenai betapa bosan dan tidak paham mengenai materi yang diberikan dari kbm secara online. Hal tersebut tentu berdampak pada turunya nilai anak-anak dan mahasiswa, mengurangi minat belajar, berkurangnya fokus terhadap materi yang diberikan, dan mereka lebih menghafal hal lainnya yang bukan terkait materi pembelajaran. Mereka lebih memilih asik menonton tayangan dari media sosial lainnya seperti tiktok, Instagram, dll nya. Akan tetapi, kebiasaan tersebut tentu tidak hanya menjadi dampak negatif dari kbm secara online ini, dampak positif juga dapat dirasakan oleh anak-anak, seperti mereka akan memilih berdiam di rumah membuat konten atau hal lainnya yang mereka dapatkan dari edukasi di media sosialnya, mengurangi rasa bosan, memperoleh pengetahuan politik, sosial budaya, religius, dan pengetahuan lainnya di luar dari materi pembelajaran, serta mengurangi kegiatan di luar rumah dengan berpergian. Dari kegiatan tersebut lah, penyebaran COVID-19 dapat di minimalisirkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H