Biopestisida
Dalam pertanian modern, hama dan penyakit tanaman harus dikendalikan secara terpadu. Biopestisida merupakan salah satu komponen dalam pengelolaan hama dan penyakit. Biopestisida didefinisikan sebagai bahan yang berasal dari mahluk hidup (tanaman, hewan atau mikroorganisme) yang berkhasiat menghambat pertumbuhan dan perkembangan atau mematikan hama atau organisme penyebab penyakit. Schumann and D'Arcy (2012) dalam Sumartini, (2016) mendefinisikan biopestisida sebagai senyawa organik dan mikrobia antagonis yang menghambat atau membunuh hama dan penyakit tanaman. Biopestisida memiliki senyawa organik yang mudah terdegradasi di alam. Namun di Indonesia jarang dijumpai tanaman yang berkhasiat menghambat atau mematikan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan biopestisida kurang disukai petani karena efektivitasnya relatif tidak secepat pestisida kimia. Biopestisida cocok untuk pencegahan sebelum terjadi serangan hama dan penyakit (preventif bukan kuratif) pada tanaman.Â
Beberapa tanaman mengandung senyawa tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai antimikrobia, seperti cengkeh, mimba, lengkuas, bawang merah, dan lerak. Beberapa mikroba diketahui berperan antagonistik terhadap patogen seperti Trichoderma spp., Pseudomonas fluorescens, dan Bacillus spp. Efektivitas dari masing-masing bahan nabati dan hayati sebagai biopestisida bergantung kepada jenis penyakit sasaran dan faktor lingkungan.Â
Penelitian-Penelitian tentang Biopestisida
Penelitian bahan nabati di Indonesia dipelopori oleh Balai Peneltian Tanaman Obat dan Aromatik di Bogor. Pada tahun 1992, para peneliti menemukan bahwa minyak cengkeh dapat menekan perkembangan patogen terbawa tanah, antara lain Fusarium oxysporum, dan Rhizoctonia solani (Tombe et al. 1992 dalam Sumartini, (2016)). Tepung dan minyak bunga cengkeh dapat menghambat pertumbuhan cendawan Phytophtora capsici, P. palmivora, P. lignosus, dan Sclerotium rolfsii (Manohara et al. 1993). Efektivitas biopestisida bervariasi, bergantung pada jenis dan dosis. Penggunaan biopestisida diharapkan mempunyai efektivitas lebih dari 50%.Â
Biji tanaman lerak banyak digunakan sebagai bahan pencuci pakaian (pakaian baju batik), peralatan dapur, dan hewan peliharaan. Senyawa aktif ini juga berpotensi digunakan sebagai pestisida nabati. Kandungan bahan aktif lerak yaitu senyawa saponin, alkaloid, ateroid, dan triperten masing-masing 12%, 1%, 0,036%, dan 0,029% (Tommy 2009). Ekstrak buah lerak juga berfungsi sebagai surfaktan nabati dan perekat (Chandra et al. 2012)Â
Menurut Sumartini (2014a), campuran minyak cengkeh dan ekstrak biji mimba dengan perbandingan 60% dan 40% dapat menekan intensitas penyakit karat pada kedelai hingga 45%, polong isi meningkat 37%, dan mencegah kehilangan hasil 20%. Campuran minyak cengkeh, ekstrak biji mimba, dan lerak (10%) dengan perbandingan 50:30:20 hanya mampu menekan intensitas penyakit karat hingga 24% dan menekan kehilangan hasil hingga 12%.Â
Ekstrak biji mimba selain digunakan untuk membunuh serangga hama juga sering digunakan sebagai penghambat perkembangan penyakit tanaman, seperti pada sesame untuk menghambat perkembangan penyakit pascapanen yang disebabkan oleh cendawan Monilia fructicola, Penicillium expansum, Trichothesium roseum, Alternaria alternate (Wang et al. 2010). Ekstrak biji mimba juga dapat menghambat perkembangan cendawan Aspergillus flavus penghasil aflatoksin (Krishnamurthy and Shashikala 2006). Biji kacang tanah dapat terinfeksi oleh Aspergillus niger (Porter et al. 1984). Menurut Erturk (2006), A. niger merupakan cendawan terbawa benih, pertumbuhan dan perkembangannya dapat dihambat oleh ektrak Lauros nobilis, Dianthus cariophillum, Juniperus oxycedrus, dan Coluten arborescens.Â
Daun padi dapat terinfeksi oleh cendawan Alternaria (Dellavella et al. 2011). Pertumbuhan dan perkembangan cendawan tersebut dapat dihambat dengan ekstrak Salvia clarea, Salvia officinalis, dan Rosmerin officinalis. Pada Tabel 1 disajikan tanaman, senyawa aktif, patogen target dan efektivitasnya sebagai pestisida nabati.
Kendala, Keuntungan, dan Peluang Penggunaan Biopestisida
Biopestisida berbentuk ekstrak dari bagian tanaman, bukan sintesis senyawa aktifnya sehingga membutuhkan volume yang besar sehingga kurang praktis dalam transportasi. Efektivitas biofungisida tidak bisa sama dengan fungisida kimia. Keuntungan penggunaan biopestisida adalah ramah lingkungan karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya mudah luruh di alam (Schumann and D'Arcy 2012). Biopestisida tidak menimbulkan resistensi atau resurgensi sehingga tidak menimbulkan rasras baru pada mikroorganisme penyebab penyakit (Kardinan 2004). Senyawa dalam biopestisida tidak bersifat racun pada manusia, sehingga tidak menggangggu kesehatan pengguna (petani) dan konsumen.Â
Biopestisida berpeluang dikembangkan di Indonesia karena terdapat beragam tanaman dan mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai bahan baku. Supaya biopestisida tersedia dari waktu ke waktu maka penanaman tanaman penghasil bahan nabati sampai menjadi bahan baku harus terus menerus dilakukan, atau pembiakan massal suatu predator, cendawan entomopatogen (B. bassiana, L. lecanii), atau antagonis penyebab penyakit (Trichoderma sp.), terutama di sentra produksi tanaman pangan. Supaya mudah didapatkan petani, maka biopestisida harus tersebar hingga ke desa dan mendapat pengawasan dari pihak kompeten.
Ionik Liquid
ionic liquid, atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai cecair ion, merupakan golongan senyawa kimia baru yang banyak mendapatkan perhatian dari pelbagai peneliti di dunia. Secara kimia, cecair ion merupakan senyawa yang terbentuk dari kation dan anion, seperti garam dapur, NaCl. Meskipun demikian, ionic liquid ini memiliki titik leleh yang rendah, dibawah 100 C. Secara umum, cecair ion berada pada fasa cair dalam suhu dan tekanan ruangan (25 C dan 1 atm). Titik leleh ionic liquid yang rendah ini disebabkan karena ukuran kation dan anion pembentuknya sangat besar yang menyebabkan ikatan ion menjadi lemah, sehingga akhirnya, ionic liquid ini lebih mudah meleleh. Karena terbentuk sepenuhnya dari kation dan anion, cecair ion ini memiliki titik uap yang sangat tinggi. Selain itu, cecair ion memiliki fasa cair yang sangat besar, yang menyebabkan senyawa ini tidak mudah membeku atau menguap. Sifat-sifat unik inilah yang membuationic liquid menjadi pelarut "hijau" pilihan dalam berbagai reaksi dan proses kimia.Â