Mohon tunggu...
Putu Nita Kusuma
Putu Nita Kusuma Mohon Tunggu... Guru - As a Teacher

Saya Putu Nita Kusuma. Hobi membaca dan membuat kreasi dari titik dan garis. Saya belajar memaknai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Realisme dan Implikasinya dalam Kemajuan Pendidikan

18 Desember 2023   17:04 Diperbarui: 18 Desember 2023   18:39 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NGOBRAS DREAM: Cara Menyeimbangkan Idealisme dan Realita di Industri Kreatif

Sumber: https://www.dream.co.id/dreamitie/ngobras-cara-menyeimbangkan-idealis-dan-realism-di-industri-kreatif-221202l.html
Sumber: https://www.dream.co.id/dreamitie/ngobras-cara-menyeimbangkan-idealis-dan-realism-di-industri-kreatif-221202l.html

Pada hakikatnya, lahirnya realisme sebagai aliran filsafat sebagai sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu pihak dan empirisme John Lock di pihak lain. Realisme adalah satu dari aliran yang ada di klasik, yang selalu didasarkan pada seorang nama besar yaitu Aristoteles, ia memandang dunia ini dari segi materi.

Bentuk-Bentuk Realisme

Menurut Knaller (dalam Yulianti, dkk, 2023) aliran realisme ini membiliki tiga bentuk, yaitu: 

  • Realisme Nasional

Realisme rasional dapat didefinisikan dalam dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme agama. Bentuk utama realisme keagamaan adalah “Skolastik”. Realisme klasik adalah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme agama, khususnya Skolatisisme oleh Thomas Aquina, menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja didominasi oleh Neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.

  • Realisme klasik 

Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional. Realisme klasik berpendapat bahwa manusia pada dasarnya rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip "self-evident", yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran umum. Self-evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena pembuktian adalah prinsip pembuktian tentang realitas dan sekaligus pembenaran. Terbukti dengan sendirinya adalah bukti yang ada pada diri sendiri (kenyataan, keberadaan) itu sendiri. 

  • Realisme agama

Realisme agama dalam pandangannya terlihat dualistik. Ia berpendapat bahwa ada dua tatanan yang terdiri dari "tatanan alam" dan "tatanan supranatural". Kedua perintah itu berpusat pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta alam semesta dan abadi. Pendidikan adalah suatu proses untuk memperbaiki diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur menurut kekekalan yang terjadi di alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna dalam pandangan filosofis ini. Kebenaran tidak dibuat, tetapi telah ditentukan, dimana pembelajaran harus mencerminkan kebenaran itu. 

Implikasi Realisme dalam Pendidikan

Implikasi realisme bagi Pendidikan adalah sebagai berikut: 

  • Tujuan Pendidikan Pendidikan bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial. 
  • Kurikulum/Isi Pendidikan: Kurikulum harus bersifat komprehensif yang memuat ilmu pengetahuan, matematika, humaniora dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum mengandung unsur pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Kurikulum disusun berdasarkan mata pelajaran (subject matter) dan berpusat pada mata pelajaran (subject centered). 
  • Metode: Metode harus logis dan psikologis. Habituasi adalah metode utama bagi penganut Realisme.
  • Peran Pendidik dan Siswa: Pendidik adalah pengelola kegiatan belajar mengajar (kelas berpusat pada guru). Pendidik harus menguasai pengetahuan yang dapat berubah, menguasai keterampilan teknik mengajar dengan kewenangan menuntut prestasi siswa. Sedangkan siswa berperan dalam penguasaan ilmu, taat aturan dan disiplin. Realisme Orientasi Pendidikan adalah esensialisme

Realisme merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian yakni subyek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak yang lainnya adalah adanya realitas diluar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Aliran realisme ini bersanding dekat dengan aliran idealisme meski dalam posisi yang dikotomik. Realisme menegaskan bahwasanya sikap common sense yang diterima orang secara luas dan benar, artinya bahwa bidang alam atau objek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah fakta benda yang kita rasakan. Realisme mencerminkan objektivisme yang mendasari dan menyokong sains modern. Realisme menerima kenyataan bahwa dunia ini berbeda-beda tergantung kepada pengalaman masing-masing subjek.

Dalam mata ajar yang diberikan, kaum realis banyak menggunakan metode-metode yang memungkinkan siswa melakukan percobaan sehingga pada gilirannya akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Demonstrasi di laboratorium juga menjadi salah satu metode pembelajaran yang efektif dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa. Peran guru adalah sebagai fasilitator, yang memberikan serangkaian ide dasar dan kemudian memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan subjek atau bahan ajar yang tengah dilakukan. Aktivitas diskusi juga menjadi sangat efektif dalam kegiatan kelas bagi penganut aliran realisme (Sutono, dalam Saragih, 2021).

Ide dasar dari pandangan kaum realis sangat berbeda ketika disandingkan dengan apa yang diajarkan oleh aliran idealis, dengan perbandingan sebagai berikut. 

Sumber: Saragih, dkk (2021) dan Kristiawan (2016)
Sumber: Saragih, dkk (2021) dan Kristiawan (2016)

Referensi:

Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours. Yogyakarta: Penerbit Valia Pustaka.

Saragih, dkk. (2021). Filsafat Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Yulianti, dkk. (2023). Filsafat Pendidikan Realisme. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 12 (1). 1-11. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun