Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Remaja, Fenomena "Kreak", dan Perilaku Agresif

8 Januari 2025   06:35 Diperbarui: 8 Januari 2025   06:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel Sumber melalui Kompas.com (Dokumentasi Polres KP)

Fenomena 'Kreak' sedang marak di Semarang dan di sekitarnya. Kreak adalah sebauh penyebutan yang mengacu untuk mendefinisikan sebuah gerombolan remaja dan pemuda yang terlibat pada tindakan-tindakan yang tidak terpuji (negatif) seperti kekerasan, pengeroyokan, dan sebagainya.

Tiga hari yang lalu, saya menerima pesan di whatsapp yang berisi berita mengenai kreak ini. Ada aksi pengeroyokan dan kekerasan yang dilakukan oleh segerombolan remaja dan pemuda di daerah Jimbaran, Kabupaten Semarang. Beberapa yang terlibat adalah pelajar SMP, SMA, dan SMK. Juga ada beberapa yang lain, adalah anak-anak yang putus sekolah.

Kemudian, satu hari lalu, berita dengan nada yang sama. Terjadi penangkapan kreak di wilayah Tambakboyo, Kabupaten Semarang. Aksi ugal-ugalan yang dilakukan segerombolan pemuda dan remaja ini bukan hal baru. Fenomena tawuran, klitih, vandalisme, dan aksi-aksi lain kerap terjadi pada masa-masa pencarian jati diri individu yang salah kelola.

Perilaku agresif yang muncul di usia-usia ini menjadi sebuah hal yang memprihatinkan. Perilaku kekerasan yang tumbuh di usia-usia kritis (remaja dan dewasa awal) tentu kontraproduktif dengan masa perkembangan mereka sebagai individu.

Pencarian jati diri di usia-usia remaja dan dewasa awal merupakan fase krusial. Bila mereka mendapatkan figur kelekatan yang baik, mereka akan tumbuh mengidentifikasi figur lekatnya, namun demikian jika sebaliknya, hal ini juga akan memengaruhi tumbuh kembangnya.

Remaja mulai mengalihkan figur kelekatan pada hal lain keluarga. Teman sebaya menjadi rujukan. Pergaulan dan interaksi dengan peer group menjadi sebuah kebutuhan. Jika rujukan yang didapatnya positif akan memberi daya dukung terhadap tumbuh kembangnya, namun demikian bila sebaliknya, yang terjadi akan merusak masa depan mereka sebenarnya.

Remaja dan dewasa awal masih membutuhkan validasi dan pengakuan, bahwa sebagai individu yang sedang bertumbuh mereka punya hal yang bisa dibanggakan. Egonya sedang berproses.

Masa-masa ini masa berelasi dan berinteraksi dengan peer group. Masa krusial dalam memilih pengaruh, kalo saya bilang.

Kembali ke fenomena kreak. Kreak disinyalir sebagai sebuah proses pengakuan jati diri dan ego yang sedang bertumbuh, tetapi keliru menyikapi.

Mengamati pelaku kreak yang haus akan perhatian dan 'cinta'. Apakah mereka tidak mendapatkannya di dalam keluarga? Apakah sekolah tidak mampu memfasilitasi 'ego mereka yang sedang berproses'?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun