"Nguing...nguiingg... tttooottttt... tttooott.!"Â
Pagi yang cukup dinamis. Bunyi sirine khas tim 'sapu jalan' memecah hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang.. Si tim sapu jalan ternyata 'mengamankan' dua mobil hitam. Keriuhan bunyi sirine itu pun berakhir. Neneng kembali mengayuh sepedanya setelah terhenti sejenak di tepian jalan. Ikan Mujair pesanan pelanggan sudah rapi terbungkus. Sepedanya berhenti tepat di rumah Pak Toto. Ketua RT 03 Desa Suka Makmur.Â
"Permisi..." Seorang wanita paruh baya keluar menebarkan aroma kehangatan. "Ayo masuk dulu, Neng." "Iya, Bu Toto." Neneng dan wanita paruh baya itu berjalan beriringan untuk masuk ke dalam rumah sederhana milik keluarga Toto. Sepeda Neneng sudah sejak tadi terparkir di halaman rumah. "Neng, terima kasih, ya. Ini uangnya." Bu Toto memberikan amplop kecil pada Neneng. Neneng menerima amplop itu. Dimasukkannya ke dalam dompet yang kemudian diletakkan di dalam tas ranselnya. "Ibu, saya pamit dulu ya." "Iya, Nak. Hati-hati, ya. Selamat sekolah, ya."Â
Seminggu dua kali, setelah mengantarkan pesanan. Neneng akan bergabung dengan komunitas Omah Sinau di belakang rumah Bu Toto. Di sana bersama kedelapan temannya, Gadis usia 14 tahunan itu belajar mengenai keterampilan dan membaca. Kak Meican dan Kak Joko menjadi fasilitator mereka. Hari ini , ternyata Kak Joko mengajar sendirian. Kak Meican tidak hadir.Â
Ritual hari itu, Fasilitator berusia 23 tahun itu memberikan keleluasaan pada Neneng dan kedelapan kawannya untuk memilih buku yang akan dibaca mereka di rumah. Buku yang dipilih itu akan menjadi bahan pembelajaran minggu depan. Neneng dan kedelapan kawannya tersebut memilih buku. Kak Joko memberikan waktu 10 menit pada mereka. Samar-samar terdengar Kak Joko menelpon seseorang.Â
"Iya, Bu. Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Tidak terlalu parah hanya terserempet untungnya." Neneng mendengar dan kaget. Spontan dia mendekati Kak Joko dan bertanya mengenai Kak Meican yang hari itu ternyata harus dirawat di rumah sakit karena kecelakaan. "Iya, Neng. Tadi pagi kejadiannya. Kak Meican terserempet mobil voorijder. Kaki Kak Meican tersenggol dan jatuh. Neneng terperanjat.Â
**Â
Suasana rumah sakit sangat ramai hari itu. Kak Joko dan kedelapan kawan Neneng menengok Meican. Untungnya Kak Meican tidak terlalu parah. Murid-murid Meican terisak melihat kondisinya. Ada papa dan mama Kak meican di sana. Beberapa saat terlihat ada dua orang berseragam aparat yang sedang berbincang dengan Papa Kak Meican.Â
"Iya, Om. Saya minta maaf sekali. Saya bertanggungjawab akan ini. Tadi saya begitu ugal-ugalan. Saya tidak tau Meican menyebrang dari pom bensin itu." Neneng mendengar dan kaget sekali, ternyata Kak Meican tertabrak mobil voorijder yang juga dilihat oleh Neneng. Ternyata yang menabraknya adalah sepupunya sendiri!Â
**Â