Di sebuah warung makan terlihat lima anak duduk berderet, masing-masing membawa gadget. Wajah mereka fokus pada layar gadget. Sambil menantikan makanan yang dipesan orangtuanya di kedai tersebut, kelima anak itu terus melihat pada layar dengan sangat serius. Entah apa yang sedang mereka saksikan.
Pemandangan seperti ini tidak jarang terlihat baik di tempat privat maupun di tempat-tempat umum. Anak menjadi tenang dininabobokan benda bernama gadget. Tidak masalah tidak ada papa, mama. Tidak masalah tidak ada kawan. Tidak masalah tidak ada yang menemani sepanjang gadget di tangan dunia aman.
Anak-anak duduk diam dan asyik berselancar di dunia tanpa tuan tanpa pengawasan kala orang-orang dewasa di sekitarnya sibuk. Gadeget juga menjadi penolong ketika orangtua 'tidak mau diganggu', tidak mau 'direpotkan'. Anak-anak menjadi 'anteng'. Tidak 'pecicilan'. Duduk tenang.
Interaksi dan relasi antar manusia terhubung dengan gadget di genggaman. Teknologi dapat mengambil alih pola-pola relasi, interaksi, dan komunikasi. Namun demikian mengenai dunia anak apakah ini justru baik? Bisa dibenarkan? Kemana senyum ceria kala anak-anak yang satu bisa bermain dengan bebas di lapangan atau area bermain? Hal ini juga senada dengan tulisan Tantan Hermansah dalam Kompas.com tanggal 11 Juli 2024.
Anak-anak menjadi minim gerak, keterampilan motorik halus dan kasar tidak terangsang karena yang penting tenang, diam, tidak merepotkan. Anak menjadi minim kata-kata, sepi. Keterampilan dalam komunikasi dengan individu lain secara 'live' menjadi lebih minim.Â
Ada tiga komponen kejiwaan  dalam individu, yaitu perasaan (afeksi), pikiran (kognisi), serta perilaku (konasi). Kemudian ada beberapa area fungsi yang harus dikembangkan oleh masing-masing individu, yaitu area psikomotorik, komunikasi (bahasa), sosial emosi, serta kognisi. Terkait perilaku anak-anak yang hanya fokus dengan gadget, tentu keempat area tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Peringatan Hari Anak Nasional tahun 2024 ini mengambil tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju". Melalui ini saya ingin menitipkan pesan juga untuk semua orangtua, guru, pendidik, fasilitator untuk tetap melindungi anak-anak kita dari ketidaksadaran masif akan hingar-bingar kemajuan teknologi belakangan ini.
Penuhi kembali dunia anak-anak yang penuh dengan keceriaan, gerak, juga spontanitas ala mereka. Pemerintah membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai fasilitas yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi anak-anak juga. Kembali bermain bersama teman-teman. Perbanyak aktivitas fisik dan kembali ramaikan dengan kata-kata, canda-tawa secara live dengan sesama.
Biarakan keterampilan motorik mereka berkembang dengan sebagaimana adanya. Biarkan mata anak-anak kita tetap sehat di usia mudanya dengan mengatur penggunaan gadget. Berikan atmosfer yang sehat buat generasi penerus bangsa. Jangan jadikan generasi tanpa kata-kata untuk anak-anak kita.
Menemani hari-hari mereka menjadi modal terbaik untuk tumbuh kembangnya. Bermain bersama mereka dan keunikannya. Menciptakan keramaian dalam dunia mereka dan komunikasi yang sehat. Mereka anak-anak yang pantas mendapatkan dunia yang penuh keceriaan dan rasa aman. Dunia bermain dengan semestinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!