Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gratias

-semua karena anugerahNya- Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana award 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Catatan Reflektif] Perundungan Dalam Dua Sisi

16 September 2023   13:56 Diperbarui: 16 September 2023   14:04 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel/Sumber: Unsplash.com (Morgan Basham)

Kisah ini berangkat dari pengalaman seorang siswa. Ketidakmampuan dalam hal membaca, berhitung bukan karena dia tidak memiliki kemampuan itu ternyata, tetapi terhalang oleh 'selaput' rasa minder a.k.a tidak pede karena dirundung, dihina, diejek, bahkan bisa jadi diintimidasi oleh rekan-rekan satu kelasnya.

Memang ejekan bukan single factor. Ada hal lain yang tentu ikut berpengaruh. Salah satunya keterlibatan orangtua yang juga menyumbangkan alasan mengapa sampai di usia yang boleh dibilang cukup mampu calistung  namun justru anak ini belum bisa melakukannya dengan lancar.

Hari itu saya benar-benar dibuat sadar betul bagaimana pentingnya peran support system bermain. Benar, sepakat, bahkan sepakat kuadrat, bahwa anak harus diajarkan gimana sih kejamnya dunia (katanya) dan tetap harus kuat menghadapinya, gimana hadapi dunia dengan tangguh. Gimana  tetap settle hadapi dunia yang tidak absolut ini dengan tahan terhadap perundungan, ejekan, hinaan, atau segudang perlakuan yang negatif.

Anak juga harus belajar mengenai kenisbian dunia. Hari ini untung besok rugi, atau sebaliknya. Hari ini isi dompet tipis, lusa bisa menang undian dan mengubah hidup jadi sultan, atau beragam kemungkinan-kemungkinan lain sebagainya. Intinya melatih kesiapan hadapi ketidakpastian hidup. Tentu ini penting.

Namun demikian yang harus dicermati adalah kita juga harus lihat kasus per kasus. Anak-anak masih membutuhkan lingkungan yang aman, yang  nyaman, yang kemudian menjadi dasar bagaimana dia bertumbuh dengan rasa percaya diri, lalu kemudian mereka mampu menurunkan pola asuh pada generasinya kelak (dalam siklus hidupnya). Anak harus diberi contoh terlebih dahulu bagaimana selayaknya cinta kasih bekerja dan membuahkan keajaiban-keajaiban dalam hidup. Ini saya garis bawahi.

Bagaimana teman-teman kita yang alami kegetiran perang di belahan dunia lain yang tiap saat harus punya mindset siap mati karena serangan mortir atau bom, rudal, tembakan, dan sebagainya. Secara psikologis mereka pun pasti mengalami 'gangguan'. Bagaimana mereka diupayakan untuk diberikan upaya-upaya pemulihan oleh relawan-relawan di sana. Yang mau saya katakan adalah kondisi aman, nyaman, itu merupakan tempat ideal untuk tumbuh-kembang anak. Selayaknya anak-anak ini diberikan situasi yang aman sejauh kita bisa menyediakan, untuk apa? Untuk tumbuh-kembang mereka secara sehat.

Bagaimana jika mereka tidak hidup dalam kondisi yang ideal dari kecil? Saya akan bahas ini di artikel berikutnya... Kembali ke pembahasan di atas.

Erickson dalam 8 tahap perkembangan psikososial juga menegaskan, bahwa bila ada satu fase kehidupan yang tidak berhasil dilaluinya ada kecenderungan untuk gagal melanjutkan fase kehidupan berikutnya. Sebagai contoh tahap pertama dari teori Psikososial Erickson, Trust vs Mistrust yang terjadi pada masa usia 0 hingga 18 bulan. Bayi akan mengalami fase kepercayaan dan ketidakpercayaan dalam masa hidupnya di usia ini. Jika mereka bisa mengatasinya maka secara otomatis mereka akan berkembang ke fase hidup berikutnya, yaitu fase Autonomy vs Shame di usia 18 bulan hingga 3 tahun. Kembali ke kasus di atas...

Hari itu saya tegur kedua belah pihak. Baik anak-anak yang mengejek maupun si anak yang merasa diejek. Rekan pendidik lain pun melakukan yang sama. Yang mengejek, saya berikan pemahaman, dukung temanmu supaya bisa lekas membaca, bukan lakukan sebaliknya. Lalu untuk si anak yang diejek, apapun ejekan mereka, buktikan bahwa kamu bisa melampaui semua ejekan dan hinaan mereka.

Karena dengan ejekan dan tanpa ejekan, dunia tetap harus berjalan, kamu harus tetap bisa membaca apapun kondisinya, apapun kondisinya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun