Saya berkesempatan untuk merasakan PKKMB Semester Gasal 2021/2022. Saya ingat terakhir kali saya merasakan 'ospek' di tahun 1998, tentu dengan sikon dan nama program orientasi mahasiswa yang berbeda. Sikon saat ini kita ketahui bersama masih diwarnai pandemi, dimana sebagian besar mahasiswa yang mengikuti PKKMB masih harus terhubung secara daring.
PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2020 sesuai Surat Edaran Dirjen Pendidikan Tinggi No.631/E.E2/KM/2020 mengenai prosedur PKKMB di masa pandemi, yang memiliki tujuan diantaranya untuk menanamkan gerakan nasional revolusi mental yaitu Indonesia melayani, Indonesia bersih, Indonesia tertib, Indonesia mandiri, serta Indonesia bersatu.
Penyelenggaraan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Mahasiswa Baru) merupakan sepenuhnya tanggung jawab masing-masing perguruan tinggi terkait. PKKMB yang saya ikuti tersebut berlangsung selama 3 (tiga) hari, dimulai sejak 13 September 2021 dan berakhir pada tanggal 15 September 2021.
Rangkaian PKKMB ini seluruhnya diselenggarakan secara daring. Pada hari pertama saya berkesempatan untuk mendengarkan kuliah umum dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim, yang memberikan arahan dalam kaitan merdeka belajar kampus merdeka. Selain itu juga ada paparan dari BNN yang diwakili oleh salah seorang stafnya, lalu Materi Bela Negara yang dibawakan oleh Brigjen TNI Dr. Jubei Levianto, S.Sos., M.M, selaku Direktur Bela Negara.Â
Pokok bahasan lain juga kami dapatkan, yaitu mengenai pengembangan UMKM yang dibawakan oleh Bapak Toar RE. Mangaribi selaku perwakilan dari Kemenparekraf Republik Indonesia mewakili Bapak Sandiaga Uno yang berhalangan hadir saat itu. Bekerja dengan 4 S menjadi sebuah jargon yang diharapkan ada pada kami semua. Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, serta kerja ikhlas.Â
Selain itu, kami berksempatan juga mendengarkan webinar nasional yang dipandu oleh Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. Pak Muhadjir memaparkan mengenai dampak digitalisasi dan tantangan dunia pendidikan yang mau tidak mau harus dihadapi kita. Kami juga berkesempatan mendengarkan kuliah umum dari Komjen. Pol. Dr. Dr. Boy Rafli Amar, M.H. mengenai bahaya terorisme dan bagaimana cara mengantisipasi paparan pengaruh/ajakan pahamnya.
Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P yang memberikan kuliah umum dengan tema "Leadership Era Revolusi Industri 5.0". Beliau menjelaskan bahwa banyak sekali perubahan signifikan yang terjadi hampir 2 tahun belakangan ini. Banyak perbedaan gaya hidup yang terjadi karena perubahan cepat ini. Hal itu jelas memengaruhi kehidupan saat yang kita jalani. Perubahan ini jelas harus disertai perubahan mindset juga. Kemampuan adaptif kita sangat dibutuhkan, sehingga kita tidak 'ketinggalan' atau bahkan 'terpental'.
Hari ketiga merupakan hari yang bagi saya cukup seru, karena di siang hari kami bisa berkesempatan bertatap muka secara daring dengan Gubernur Jawa Tengah, H.Kemampuan beradaptasi sangat dibutuhkan sehingga tidak mudah terlibas oleh perubahan jaman, sebut saja dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana soft skill, kemampuan kognitif, serta teknologi menjadi sebuah dasar (standar) pengembangan sumber daya manusia. Mau tidak mau, suka tidak suka, hal itu harus dimiliki oleh kita saat ini.
Kita tidak bisa menutup mata mengenai perubahan yang terjadi secara cepat ini. Memberikan waktu sebentar untuk menganalisa dan kemudian menyusun strategi-strategi baru dalam banyak aspek kehidupan dapat memberikan harapan baru.
Sebagai seorang gubernur, beliau menjelaskan juga bahwa gaya kepemimpinan pun demikian, mengalami pergeseran, pemimpin yang dekat dan tak bersekat dengan rakyat merupakan ciri gaya kepemimpinan yang dibutuhkan. Pemimpin yang mau mendengar dan ikut hadir dalam 'perjuangan' rakyatnya, sangat dinantikan. Ada hal menarik berupa pengetahuan baru dari beliau.Â