Renjana kala fajar memeluk dua pasang binar asa,
begitu lekat dan kuat.
Lelah dan peluh terasa pudar,
karena makna cinta selalu menggeser akal,
itu yang kau sebut dunia kekal, Ibu...
Semua untuk mereka dan karena mereka, katamu.
Duniaku, mereka,
Hidupku, mereka,
Kuatku, mereka,
Itu tuturmu selalu....
Kenyataan kerap menghardik,
tapi itu hanya lelucon yang selalu kau abaikan.
Beban itu nisbi,
namun jendela harap itu sebuah kemutlakan,
lampaui sekat kemustahilan!
Menerjang ironi dan tawa alam yang tak selalu sepaham.
"Biarkan saja", katamu..
"Hidupku merdeka, bukan milik kata mereka!"
"Tidak juga kepunyaan nasib atau takdir",
"karena stigma itu berkat, menjadikanku wanita kuat"!
Salatiga, hari kedua bulan kesembilan tahun dua ribu dua puluh satu..
Untuk wanita bernama Sriyanti..
Hormatku, Ibu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H