Batasi pikiranmu, agar tetap terjaga dan tak tersesat (anonim).
Rana, pernahkah kau tahu, luas alam ini sungguh menarik untuk dijelajah, namun demikian, ingatlah.... kau terbatas!
Rana, rindukah kau, saat senyum dan tawamu lepas seperti tahun-tahun silam? Inginkan hal itu kau raih kembali?
Rana, mata dan mulut palsu itu siap menelanjangi dirimu, siapkah kau akan hal itu? Mereka mungkin datang dengan sayap untuk menolong, tapi ingat, itu sementara, mereka pasti akan kembali terbang, untuk hinggap di ranting-ranting hidup lain.Â
Rana, jangan terbuai... Intuisi, buah karyaNya yang dititipkan sementara padamu, gunakanlah. Aku, sang setia, tak rela, tangisanmu harus pecah karena kau terlalu percaya! Manis yang kau kecap saat ini, hanya akan memaksa dan menarikmu lebih dalam pada dekapan lumpur hisap yang menyiksa.
Rana, masih ingatkah kau jalan pulang? Jalan penuh damai tanpa liarnya dusta dan nafsu untuk menggagahi kesucianmu. Ingatlah, sejak dalam rahim, bundamu selalu mengingatkanmu, "...jangan pernah percaya secara penuh, anandaku...". Porsi percayamu yang melimpah itu cukup persembahkanlah buat Dia saja!
Rana, mari, sambut uluran cinta tulusku. Aku punya jalan, walau jalan itu hening, tapi akan membawamu pada sebuah lega, setapak lega yang mengiring pada Terang itu.
Sela
[Jawaban Rana pada Sang Setia]
Terima kasih, Sang Setia... Aku, Rana, tidak pernah terbuai. Luka telah mengajarkanku arti dan makna dalam tentang hidup.