Harum sekar menerjang tajam,
layak desingan peluru menghujam,
kuat menerkam!
Sekar itu berguguran,
mengiringi harum bunga yang terbujur kaku,
dalam kesepian abadi yang panjang.
Sebuah obituari di hari nan fitri!
Bunga itu telah meninggalkan makna,
hidup tidak sekedar mencaci, menghina,
bahkan menghakimi!
Bunga itu rela memberi diri,
bunga itu gugur bahkan bukan untuk kepentingannya!
Oh..
Harumnya memesona, memudarkan keinginan.
Bergerak dalam senyap,
menahan pahit dan getir,
cacian, serta teror!
Darah sejenak berhenti mengalir,
air di pelipis dan pelupuk menetes tak henti.
Maaf, kami tak bisa setegar hatimu.
Kami kehilangan,
berat rindu kami derita nantinya,
namun... rela dan ikhlas yang harus kami punya.
Selamat jalan, Mas..
Selamat jalan kusuma bangsa,
sampai jumpa di keabadian nanti...
Salatiga, bersama mentari pagi, 22 Mei 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H