Saya Paini, dia Acong, ada juga Loupatty, serta Mey-Mey, kami bersaudara.
Kami bersahabat kental, dipersatukan dalam organisasi Praja Muda Karana. Kala itu kami digembleng dalam ujian Bantara di organisasi keren berlambang tunas kelapa itu.
Sebuah uji keberanian menghantarkan kami pada sebuah pengalaman unik.
Saat berakhir pekan, kami digembleng dalam Persami. Saat itu kami bersembilan, diminta untuk membeli kelapa yang kemudian dimasukkan ke dalam ember, setelah itu kami diperintah untuk masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang sangat ramai di kota kami.
Dengan bermodal ember berisi dua buah kelapa yang kami tenteng di tangan kiri serta membawa tongkat di tangan kanan. Pundak kami diganduli beban akomodasi bersampul tas karung terigu yang kami jahit sendiri.
Bagi kami yang wanita, wajib menguncir rambut dengan membaginya menjadi lebih dari tiga ikatan dan tertutup oleh topi bambu khas Praja Muda Karana wanita.
Berpakaian lengkap ala Praja Muda Karana dan piranti serta tetek-bengek yang rempong itu, kami memasuki pusat perbelanjaan terbesar di kota kami, kami wajib mengetukkan tongkat sebelum menginjakkan kaki di eskalator dan wajib mengetukkan sekali lagi tongkat tersebut setelah tiba di sana.
Banyak pasang mata memandang, berbisik-bisik melihat pemandangan aneh bin ajaib di depan mereka! Memaklumi juga, dan berpikir bahwa kami sedang menjalani “pelatihan mental”. Beberapa kami tak berani memandang mata-mata yang seolah menghakimi keanehan kami.
Bila mengingatnya benar-benar tergelak. Apaan sih itu?
Tunggu dulu, kami terbahak, kami tergelak, namun senang dan bahagia….