Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seni Menerima Kenyataan Hidup yang Pahit

30 September 2020   12:07 Diperbarui: 2 Oktober 2020   02:11 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
saat-saat mengunjungi pusara Ayah/sumber: dok.pri (yunita kristanti)

Contoh yang kedua, saya selalu menangis ketika bercerita tentang Ayah. S E L A L U, terutama di 6 bulan pertama sepeninggal Ayah.

Contoh yang ketiga, saya sering marah ketika ada barang-barang Ayah dipakai atau pun diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.

Contoh yang keempat, saya menjadi depresi dan sedih berkepanjangan.

Contoh yang kelima, saat peringatan wafat Ayah yang ketiga tahun pada tanggal 6 September 2020, saya yang menyiapkan detil persiapan dan suvenir untuk acara peringatan yang dilakukan dengan cara drive thru. Saya menyadari, perlahan tapi pasti, saya telah bisa menerima, bahwa Ayah sebagai “titipan” dan "bukan hak milik" yang HARUS KEMBALI pada Yang Memiliki.

saya bersama keluarga dan pusara Ayah dimana saya sering kunjungi sebelum
saya bersama keluarga dan pusara Ayah dimana saya sering kunjungi sebelum "berdamai"/dok.pri (yunita kristanti)

Kata titipan dan bukan hak milik saya dan keluarga menjadi sebuah kalimat yang membuat saya lebih, legowo dalam menerima kenyataan tersebut.

Proses perjalanan terhadap penerimaan kepada situasi dukacita menjadi sebuah pengalaman berharga bagi saya.

Saya selalu mendapatkan sebuah pengalaman, ketika kita telah mampu melewati dan menerima masa-masa dukacita, akan ada orang-orang lain yang datang kepada kehidupan kita untuk kita tolong dan dampingi.

Ibaratnya setelah kita lulus dalam ujian berat, yaitu menerima kenyataan pahit ditinggalkan orang-orang yang kita kasihi untuk selama-lamanya. Kita akan dihadapkan untuk menolong orang-orang yang bernasib sama dengan kita.

Mengolah kenyataan pahit menjadi makna hidup yang berharga, akan membantu orang-orang dengan pengalaman sama.

Hal ini selalu saya hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun