Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nak, Proses Belajar Lebih Penting dari Sekadar Nilai

17 Agustus 2020   06:47 Diperbarui: 17 Agustus 2020   08:49 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu dokumentasi kelas kreasi/sumber : dokpri diolah dengan photo collage

Mengingat sebuah perjumpaan dengan komunitas orang tua pembelajar kala itu. Ada dua kalimat tanya yang dilontarkan sebagai pembuka bahan diskusi.

“Apakah sekolah untuk hidup?” atau,

“Hidup untuk sekolah?”

Dua kalimat tanya itu kemudian tidak saja mengumpulkan sejumlah fakta lapangan, tetapi juga mengubah sebuah paradigma berpikir yang baru, yaitu bagaimana sebuah proses belajar (pendidikan) itu dimaknai.

Belajar merupakan sebuah kebutuhan. Belajar selama ini identik dengan sekolah, sekolah yang dimaksud adalah sekolah dalam bentuk institusi.

Sependek umur pengalaman saya dalam dunia pendidikan (sekolah) membawa pada beberapa kenyataan, bahwa ada distorsi dalam memaknai belajar.

Nilai sering menjadi momok yang menakutkan bagi sejumlah siswa, sehingga hal ini menjadi penyebab bergesernya makna belajar dalam dunia pendidikan, terkhusus di sekolah.

Kenyataan bahwa sejumlah siswa hanya belajar pada saat ada tes menyeruak. Sekejap setelah tes berakhir, maka mereka mulai berhenti belajar.

Pengalaman dalam menghadapi siswa-siswa ini memberi sebuah tamparan keras pada saya secara pribadi. Apakah saya adalah salah seorang pendidik yang ikut menyumbangkan perilaku tersebut pada mereka? Ya, perilaku belajar yang berorientasi hanya pada nilai.

Orientasi siswa kepada nilai sering menyempitkan arti belajar sesungguhnya, walaupun nilai termasuk indikator penting untuk mengetahui kompetensi yang telah didapatkan oleh siswa, tetapi saya terus diingatkan, bahwa nilai hasil tes hanya salah satu indikator saja.

Rasa frustasi pada siswa karena nilai yang jelek, membawa sebuah perenungan baru.

Pentingnya Sebuah Proses Belajar.

Belajar menurut Bloom mencakup tiga aspek, yaitu : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Jelaslah bahwa nilai penting sebagai representasi dari aspek kognitif, tetapi dua aspek lain tak kalah penting. Afektif dan psikomotorik yang menitikberatkan pada pentingnya sebuah proses dalam belajar.

Bersyukur sekali bisa punya pengalaman mengajar dengan teman-teman yang satu visi dalam melihat gejala-gejala yang ditimbulkan dalam pembelajaran di sekolah kami.

Pengembangan inovasi dan kreasi dalam mengajar merupakan satu hal yang sudah membudaya.

Sebuah pengalaman membawa kami semua untuk menekankan pentingnya proses pembelajaran.

Siswa diberikan kesempatan untuk memahami sebuah pola pembelajaran yang menyenangkan, sehingga belajar akan dimaknai dengan senang oleh mereka. Jika mereka senang, maka niscaya, mereka akan memiliki kecintaan terhadap proses belajar.

Nilai dipandang sebagai salah satu indikator evaluasi hasil belajar. Namun demikian, proses yang mereka jalani selama pembelajaran ini justru lebih penting. Bagaimana mereka memahami dan memaknai proses dari mulai nol hingga penguasaan materi

Beberapa metode pembelajaran diberikan untuk memantik proses pembelajaran lebih inovatif dan kreatif. Metode pembelajaran berikut merupakan salah satu alternatif penekanan kepada proses belajar.

Menyajikan sebuah pengalaman belajar menjadi titik utama. Memberikan sebuah harga pada diri mereka secara utuh dan tinggi juga hal yang penting di dalam proses ini.

Nilai rendah tidak akan membuat mereka kecil hati dan berhenti berusaha, tetapi sebaliknya nilai rendah akan memacu mereka untuk lebih memiliki keinginan yang tinggi dalam mengubah hal itu menjadi lebih baik.

Nilai yang rendah tidak akan membuat mereka merasa gagal, sebaliknya nilai rendah akan memberi pemaknaan bahwa sudah seberapa banyak pengetahuan yang mereka dapat, sehingga mereka terpacu untuk bisa mencari cara agar input pengetahuan yang mereka dapatkan akan lebih baik lagi.

Menanamkan belajar itu sepanjang hayat, menyiram mereka dengan makna bahwa belajar itu merupakan sebuah kebutuhan untuk bekal hidup, menjadi sangat penting.

Beberapa aktivitas yang seirama dengan penekanan proses pembelajaran tersebut adalah :

Kelas Kreasi.

salah satu hasil kelas kreasi yang lain/sumber : dokpri diolah dengan photo collage
salah satu hasil kelas kreasi yang lain/sumber : dokpri diolah dengan photo collage
Kelas kreasi adalah kelas dimana mereka melakukan proses-proses eksplorasi pada kemampuan diri mereka. Dalam kelas ini mereka tidak didikte oleh guru. Mereka diminta menampilkan versi terbaik dari apa yang mereka kerjakan.

Setiap anak diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimana yang mereka kerjakan. Mereka diminta untuk berkreasi sebebas mungkin. Menampilkan potensi sesuai dengan yang mereka inginkan.

Ragam kreasi bisa bermacam-macam tergantung dari sudut pandang mereka. Apresiasi menjadi kunci dalam memotivasi mereka untuk berprestasi dalam sudut pandang mereka.

Guru akan mengetahui minat-minat mereka, sehingga ini menjadi sebuah dasar untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.

Ada hal menarik yang dapat diamati. Muncul banyak ide-ide out of the box dari mereka saat diminta menampilkan sesuai versi terbaik mereka.

Kelas Profesi.

Kelas profesi ini merupakan kegiatan dimana mereka bisa mengalami dan memperoleh pengalaman dari kegiatan yang mereka ikuti.

Ada dua metode, yang pertama, belajar dari ahlinya, dengan mendatangkan narasumber yang menggeluti satu bidang tertentu. Lalu bagian kedua adalah belajar dengan mengalami proses. Akhir dari kelas profesi ini adalah sebuah pameran yang diberi nama Career Expo. Liputan mengenai Career Expo bisa dibaca lebih lanjut disini.

Siswa belajar aktif mengembangkan semua yang mereka miliki selama pembelajaran di sekolah. Ada kerjasama yang harus dilakukan di metode yang kedua dalam kelas profesi mereka.

Kelas Karakter.

Kelas Karakter ini lebih merujuk pada pembentukan sikap dan perilaku.

Cara yang ditempuh misalnya berkunjung dan belajar dari  tempat-tempat yang mereka kunjungi seperti pasar, panti asuhan, perkebunan, dan sebagainya.

Banyak nilai yang akan diulas ketika mereka mengalami interaksi dengan tempat-tempat yang mereka singgahi ini.

Tentu selain tempat yang mereka kunjungi, pasti mereka juga bertemu dengan orang-orang yang membawa pada pemahaman lebih lagi kepada karakter mereka. Misalnya, saat berkunjung ke panti asuhan, mereka akan berinteraksi terhadap orang-orang yang ditemuinya.

Relasi dan interaksi akan membuat pemahaman baru dalam memaknai hidup. Diharapkan pembelajaran mengenai empati, rasa bersyukur, menghargai manusia yang lain setidaknya bisa mulai terbentuk.

*

Tiga kelas yang digagas tersebut bisa digunakan untuk menjembatani masalah-masalah seputar nilai, dan hal ini menjadi cukup efektif untuk dilakukan. Siswa lebih mengedepankan proses yang akhirnya berujung pada perubahan mindset mereka dalam menyikapi aktivitas belajar.

Tes dan nilai tidak menjadi satu-satunya indikator. Proses yang mereka alami menjadi sebuah alasan yang penting untuk mencintai belajar itu sendiri,

Memberikan sebuah harga yang tinggi pada tiap usaha dalam proses yang mereka alami bisa memantik motivasi mereka dalam berprestasi, dan ini sangat penting.

Aktivitas di atas hanya sebagian kecil yang bisa dilaporkan dalam artikel ini. Banyak lagi contoh-contoh lain yang dilakukan rekan-rekan guru lain yang juga berfokus pada learning process.

Proses yang mereka pernah dapat dan lalui akan membiasakan mereka terbiasa untuk menggunakan keterampilan, kemampuan, dan hal lain dalam kehidupan sehari-hari.

salah satu dokumentasi kelas kreasi/sumber : dokpri diolah dengan photo collage
salah satu dokumentasi kelas kreasi/sumber : dokpri diolah dengan photo collage
Sebuah pengalaman belajar yang mereka rasakan, menjadi sebuah modal untuk menjalani kehidupannya.

Memandang siswa sebagai satu pribadi yang utuh juga menjadi hal penting. Semisal mereka mendapatkan nilai jelek dalam sebuah tes padahal mereka sudah berusaha, penting bagi kita sebagai pendidik untuk mencari alternatif pengganti evaluasi.

Mengukur kedalaman pemahaman atas sebuah pengetahuan bisa dilakukan dengan banyak cara. Hal yang penting harus diketahui, nilai jelek bukan berarti gagal, Nak.

Kehidupan bukan hanya melulu soal nilai. Membekali dengan proses-proses pengalaman bisa menjadi sebuah jembatan untuk melintasi kehidupan.

Salam

Referensi :

Siregar, E & Nara, H. 2019.  Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Ghalia Indonesia ASLI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun