"Harta mewah itu bernama rasa cukup"
Perasaan cukup merupakan sebuah senjata ampuh menghindari utang.
Membandingkan hidup dengan orang lain kerap menjadi akar yang memunculkan perasaan tidak cukup. Hal ini sering menjadi bumerang bagi diri untuk melahirkan keinginan untuk berutang, demi memuaskan keinginan dan rasa tidak cukup tadi.
Perasaan tidak puas, dan ingin lebih, serta memuaskan keinginan dengan jalan pintas sering menjadi pintu masuk bagi "utang" dalam kehidupan diri.
Lain perkara jika berutang dengan perhitungan matang. Melibatkan perhitungan logis yang sesuai dengan kondisi finansial kita. Menetapkan baik, buruknya dengan bijak, sehingga saat tenggat waktu membayar cicilan atau angsuran utang, kita tidak kesulitan.
Peran perasaan cukup tidak ekuivalen dengan berdiam diri tanpa usaha dan memasrahkan semua kepada pihak luar.Â
Perasaan cukup bergandengan tangan dengan rasa bersyukur.
Sebuah adagium yang sangat terkenal, "rumput tetangga pasti lebih hijau", yang mungkin menyuburkan rasa tidak cukup tersebut.
Berutang bukan merupakan hal jahat, jika berutang tersebut tidak untuk menyuburkan nafsu hedonisme.Â
Hedonisme berkaitan dengan perilaku konsumtif, dan terikat dengan keinginan-keinginan semata. Semisal, tetangga memiliki sepeda lipat keluaran terbaru, sementara kita hanya memiliki sepeda jenis jadul.Â