Literasi merupakan sesuatu yang penting dalam ranah pendidikan kita. Kembali pada kelas karakter kami di sekolah, ada salah satu metode yang bisa digunakan untuk memantik, dan melatih kemampuan literasi siswa dan siswi di sekolah, terkhusus dalam Kelas Karakter, di sekolah kami.
Saya menamakan project ini sebagai project Living Book. Living Book merupakan metode yang saya gunakan untuk :
Yang pertama, menjembatani komunikasi dengan siswa melalui tulisan, lalu yang kedua melatih siswa untuk dapat mengemukakan ide yang dialami dalam kehidupannya, yang ketiga adalah berbagi kisah hidup yang dapat memberikan pelajaran atau manfaat penting bagi kehidupan orang lain, yang keempat adalah melatih siswa untuk menulis, serta terakhir, melatih anak untuk membukukan karya tulisan yang idenya diambil dari pengalaman hidup yang dialami siswa dan siswi sendiri secara inderawi.
Awalnya memang bukan hal yang mudah untuk memulai project ini. Tetapi karena metode ini diwajibkan satu minggu sekali untuk dikerjakan, maka hal ini telah menjadi kebiasaan yang sudah mulai dilakukan siswa-siswi secara teratur.
Ada beberapa kejadian yang memperlihatkan terjadinya dinamika yang semakin berkembang dalam metode Living Book ini. Yuk, cekidot disini :
Satu, awalnya mereka tentu sangat sulit menuliskan pengalaman yang membawa pelajaran hidup. Kadang hanya menulis tiga kalimat, 5 kalimat, atau di bawah 10 kalimat, tetapi pada perkembangannya, karena hal ini dilakukan dengan konsisten, maka mulai terlihat, di satu halaman tertulis dengan penuh, yang tentunya lebih dari 10 kalimat pengalaman hidup yang menjadi makna penting bagi mereka.
Dua, banyak sekali yang lupa membawa Living Book ini di awal, yang biasanya dijadikan alasan karena tidak punya ide menulis. Tetapi karena ada konsekwensi menulis dua judul setiap kali tidak membawa, maka mulai saat itu, siswa dan siswi mulai menulis Living Book secara teratur.
Tiga, awalnya hanya buku biasa yang mereka pakai untuk menulis Living Book ini, tetapi akhirnya mereka mengganti sesuai inisiatif mereka untuk mempersonalisasi Living Book mereka. Ada keunikan di tiap buku yang mereka pakai. Mereka mulai menghias atau pun memberikan sentuhan khusus di buku mereka agar terlihat lebih menarik dan punya kesan personal. Diberikan sampul khusus yang ditempeli gambar group musik Korea, misalnya, atau penyanyi idola mereka yang ganteng, hehe, bahkan quote favorit mereka. Keren, deh, pokoknya..
Empat, mereka memang agak malu berbagi kisah ini di depan teman-temannya. Karena memang ada aturan untuk membacakan kisah (presentasi) di depan kelas dan didengarkan oleh seluruh siswa. Tetapi dengan semangat maju tak gentar saya untuk mendorong mereka, hehe, maka ini menjadi sesuatu yang biasa untuk dilakukan di kelas Karakter. Bahkan saat beberapa waktu lalu, dengan inisiatif sendiri mereka mau membagikan kisah di buku mereka untuk kawan-kawannya tanpa ditunjuk, bahkan berebut untuk maju duluan.. Woww.
Lima, yang perlu digarisbawahi, ini bukan Diary, lho, dan tidak sama dengan konsep menulis buku Diary yang sarat dengan rahasia dan cenderung tertutup, bahkan dipasangi warning “gembok” bagi pembaca lain. Kisah-kisah yang ditampilkan disini merupakan pengalaman nyata yang bisa dibagikan kepada orang lain, dan ini bermuatan positif dalam memberi pelajaran atau inspirasi hidup. Akhirnya mereka masing-masing telah berhasil ”menerbitkan” buku kisah hidup pribadi yang bisa dibagikan dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Kami telah berhasil melewati fase menulis buku secara sederhana, tanpa disadari.