Selamat sore, Kompasianers. Berharap semua dalam keadaan sehat dan baik-baik, yah.
Edukasi merupakan sebuah sarana yang bisa dipakai untuk meningkatkan kemampuan manusia. Perlu digarisbawahi, ranah edukasi sangat luas. Edukasi bisa ditemukan dalam berbagai aspek atu bidang. Secara sempit edukasi bisa kita temukan di sekolah-sekolah.
Anak-anak atau siswa kita, merupakan individu yang diperlengkapi dengan kemampuannya sendiri. Saya sangat yakin, siswa saya PASTI memiliki kemampuan atau kompetensi sendiri, tak harus semua memiliki kemampuan atau kompetensi yang sama. Jika mungkin ada kelemahan di satu, dua, bahkan tiga titik atau lebih, jangan putus asa, gali terus kemampuannya, pasti akan muncul kemampuan atau kompetensinya jika didukung, diasah, dan dikembangkan terus.
Saya memiliki banyak kisah tentang penggalian-penggalian berlian di dalam siswa yang saya telah temui selama saya berprofesi di dunia pendidikan dan psikologi. Salah satunya akan saya bagikan dalam artikel berikut ini.
Sore ini saya teringat, akan murid kesayangan saya yang ganteng, cerdas, dan kreatif. Dia pun sangat fasih berbahasa Inggris, dia bernama Rayyan Raditya. Saat itu saya, diberi kesempatan Tuhan, untuk dapat berjumpa dengan dia.
Satu tahun sebelumnya, kami pernah ada dalam situasi belajar bersama dalam sesi belajar privat di Kota Semarang. Sang Mama, kembali menelepon untuk membantu Rayyan belajar secara eksklusif waktu itu. Rayyan sangat aktif dan sangat meminati dunia editing film dan komputer. Dia sangat menikmati dunia 'visual dan gambar' sejak kecil, setidaknya itu pengamatan saya ketika mendampinginya.
Mama dan Papa Rayyan seringkali menceritakan debut-debut film yang dibuat oleh Rayyan. Waktu itu sang Papa memperlihatkan jumlah subscriber di Youtube channel yang Rayyan miliki. Saya hanya terbengong-bengong saat itu, jika tidak salah saat itu Rayyan berumur 9 atau 10 tahun. Saat ini Rayyan telah memiliki dua akun di kanal Youtube-nya. Kanal Youtube yang terbaru adalah https://www.youtube.com/channel/UCrUhQeLDv7lpZifWfPr4uGQ. Sedangkan kanal yang dibuat saat usianya lebih kecil dari saat ini, hanya kadang saja ditambahkan video-video barunya.
Saya juga mendengar, di usia yang masih sangat muda itu, Rayyan telah berhasil membuat video berdurasi pendek dengan mengedit film Thomas and friends, kalau saya tidak salah, dan berhasil mendapatkan monetisasi Rp. 11.000.000,- dari kanal Youtube-nya kala itu. Wow...!Â
Bukan uangnya sebenarnya yang jadi perhatian saya, saya kagum, anak seusianya sudah bisa berkarya dalam bidang itu. Saya bahkan tidak mampu. Tetapi, memang itu adalah sekian banyak prestasi dari minatnya di dunia digital. Di sisi lain, juga ada beberapa hal yang memang harus diarahkan dan ditingkatkan, bahkan cenderung kurang. Terkadang hal ini juga menjadi hambatan dan masalah dalam lini edukasinya sebagai siswa di bangku sekolah formal.
Saat saya membantunya belajar, memang fokus dan konsentrasinya sangat perlu dilatih terutama untuk hal-hal yang berbau membaca, menulis dengan teks. Dia akan menjadi sangat lemas dan bosan ketika hanya disuruh membaca, duduk, tenang, dan menyimak celotehan-celotehan kita. Ini pun diiyakan oleh beberapa guru yang dulu pernah bekerjasama dengan saya, ketika saya melakukan observasi di sekolah Rayyan kala itu.
Beberapa diagnosa Psikolog memang diberikan kepada Rayyan saat itu. Saya sebagai pendampingnya memiliki intuisi dan insting, anak ini cerdas, dan kreatif. Pasti ada sisi lain yang bisa dikembangkan dan akan menjadi satu titik kekuatan terbesarnya.