Detik, menit, sampai hitungan pekan,
terlewati tanpa nada yang terlantunkan,
pujian tertahan dalam sebuah kenangan,
pekan istirahat tanpa kehangatan nyanyian.
Rindu simfoni mengalir dalam kehangatan,
terluap dari syukurnya kehidupan,
yang lahir dari larik-larik bait tembang pujian,
dalam griya puja pada Sang Pemberi Ampunan.
Merindu kebersamaan dalam sebuah paduan,
hanyut dalam sukacita untuk melagukan
nada-nada orkestra yang memuaskan
sebuah dahaga bersalut  kehampaan
bagi sanubari yang rindu keselarasan.
Terangkum dalam ayat-ayat sanjungan,
dan baris-baris irama yang menyejukkan,
sebuah wujud syukur dalam diri insan ciptaan,
kepada Sang Empunya alam hunian.
Sebuah harapan sukacita terciptanya Simfoni Rendezvous.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H