Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kritik, Si Tembang Amunisi dan Vaksin Diri

30 Maret 2020   07:51 Diperbarui: 30 Maret 2020   07:52 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Dok. Pribadi

Resiko dan konsekwensi di dalam menjalani hidup akan selalu ada, di lini terkecil hingga tentunya di level global. Terlambat bangun pagi akan ada konsekwensi terhambatnya jadwal hari itu. Lupa membawa hal penting bisa berkibat fatal pada aktivitas kita. Melanggar aturan bisa berhadapan dengan hukum yang berlaku. Memiliki habit berbeda, pandangan serta persepsi yang berbeda juga akan mengundang respon berbeda. Respon yang bukan hanya positif tetapi juga negatif.

Kritik, sebuah kata sarat makna. Akan banyak sekali definisi yang dilontarkan orang. Banyak yang negatif dalam meresponnya tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai hal positif yang dapat membangun diri maupun komunitas atau bahkan dalam sebuah negara. 

Pendapat subyektif penulis, kritik itu ibarat amunisi diri yang jika diolah dengan 'kacamata baik' akan mengubah dan membangun dan lebih lagi bisa menjadi kekuatan dashyat yang bisa mengubah keadaan. Kritik juga merupakan 'vaksin' yang dapat menumbuhkan 'imun' tubuh walau di awal akan menimbulkan 'demam' dan berbagai gejala juga simptom yang kurang nyaman dirasakan. Ibarat menelan pil pahit, jamu pahit atau suntikan yang 'nylekit' di tubuh namun bermanfaat untuk memberi kekuatan yang lebih optimal dalam merespon hidup di 'belantara jagat raya' ini.

Kritik yang sehat dan membangun, sangat diperlukan untuk membuat diri lebih memiliki daya manfaat bagi 'umat'. Jangan berhenti karena kritik atau 'nyinyiran', jangan putus asa jika banyak aksara mencerca, terus melangkah dengan karya dan upaya sesuai bidang, tetap kerjakan 'passion' di dalam diri dan konsisten serta yakini jika itu dapat menjadi sebuah oase yang memberkati khalayak. Sejatinya tanpa kritik yang membangun dan obyektif, hidup akan stagnan dan tidak mengalami perkembangan.

Akhirnya kritik yang diolah secara baik akan menghasilkan buah karakter berani melangkah hadapi tantangan, dan mencetak sebuah pribadi tangguh bagi sang pengolah, serta bermuara pada kecerdasan adversity yang mumpuni. Banyak hal bisa dilakukan sesuai dengan talenta yang Pencipta berikan, sebab manfaat diri itulah sejatinya yang harus kita beri.

Selamat pagi Indonesia,

Semangat berkarya bagi bangsa. Tetap sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun