Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keputusan

15 Februari 2022   21:55 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

15 Oktober 2021

Akhirnya, aku memutuskan menikah dengan seorang laki-laki dari waktu bagian Tengah Indonesia. Laki-laki yang kutemui tanpa sengaja pada tahun 2017 lalu. Laki-laki April yang datang di Festival Sastra Banggai dan malam pemutaran film Wiji Tukul, sebelum pulang mengejarku "Nit, boleh minta  kontaknya?"

Bertahun-tahun setelah 2017 itu, setelah pertemuan di tiga kota lainnya, pertemuan ke 4 di kotaku, menjelang beberapa hari akad nikah. 

Bagaimana aku bisa mengambil keputusan sedemikian?

1. Orangtua

2017, tanpa sengaja aku bertemu Umi, dan beberapa keluarganya. Nah, setelah ia menyatakan ingin serius. Umi adalah garda terdepan dalam banyak komunikasi. Lalu, ibuku, entah bagaimana akhirnya menafikkan soal orang jauh, mencoba menerima. Sekalipun tidak terlalu peduli, Ayah adalah orang yang cukup berperan dalam hubungan ini.

2. Dipermudah

Ada banyak cerita tentang mahar orang Aceh. Aku hanya berdoa dengan istiqarah jika dia adalah orangnya semoga dipermudah kalaupun tidak dipermurah yaa dipermudah urusannya. Begitulah, urusan mahar inipun setelah drama ternyata benar dipermudah.

3. Komitmen

Bagi perempuan, kepastian adalah hal yang paling ditunggu. Apa daya, jika si lelaki hanya menjunjung tinggi komitmen dan tidak memberi kepastian? Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah percaya. Percaya bahwa semesta punya caranya. Tidak ada yang menduga, bagaimana komitmen itu membuatnya menempuh 10 jam naik kereta, 2.5 jam pesawat dan 8 jam jalur darat untuk sampai ke Aceh Barat Daya.

Ada banyak hal dalam hidup yang harus diambil keputusan, yang terbaik adalah menyerahkan kepada Tuhan, semesta tifak diam dalam bekerja. Tugas kita hanya memutuskan, selanjutnya letak percaya penuh "Tuhan, cukup engkau bagiku!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun