April tahun lalu sedang sibuk-sibuknya dan merasa stres karena tidak bisa pulang ke Aceh. Pekerjaan di hentikan dan banyak hal berubah. Saya ingat betul, tanggal 15 April 2020 lalu akhirnya sah menyandang gelar freelancer tanpa pekerjaan tetap.Â
Namun, Tuhan maha baik pada akhir April sebelum ramadan akhirnya bisa berangkat Via Surabaya ke Aceh dengan perjalanan yang begitu menegangkan. (Baca: pulang-paling-deg-degkan)
Tahun lalu, ibadah menjadi hal yang paling privasi. Antara kita dan Tuhan saja. Semuanya di rumah, melaksanakan kegiatan di rumah saja. Banyak kejadian di rumah, dari hal baik sampai kacau balau.Â
Belajar dari tahun lalu, tahun ini pelaksanaan sholat tarawih sudah tidak ada larangan cukup ketat hanya berupa himbauan untuk mematuhi protokol kesehatan.Â
Refleksi yang didapatkan secara pribadi, belajar dari pandemi tahun lalu adalah:
1. Ibadah tetap jadi hal privasi
Jika waktu pandemi sedang hebat-hebatnya, larangan di sana-sini, semua orang di rumah saja, ibadah adalah privasi maka kenapa saat new normal ibadah menjadi tidak privasi lagi?Â
Ramadan adalah bulan ampunan, menyampaikan segala dosa yang dilakukan hanya kepada Allah, menceritakan segalanya, memohon ampun secara privasi. Semoga menjadi refleksi diri sendiri dan tekun melaksanakan ini.
2. Tetap hangat dengan keluarga
Jika ramadan tahun lalu tidak bisa ke mana-mana dan hanya di rumah saja membuat dekat dengan keluarga.