"Dan pada akhirnya sahabat satu per satu akan pergi. Entah untuk cita-cita, cerita cinta, atau kemajuan diri."
Tulisan ini, saya tulis sebagai refleksi untuk diri saya sendiri yang kadang suka jadi "silent reader" di grup WA dan cuma menscroll media sosial teman-teman lama saya tanpa like dan comment.
20 tahun, perjalanan yang saya sudah tempuh lumayan banyak. Lingkaran pertemanan melebar kemana-mana. Kadang, saya sering bangga setiap kali datang ke suatu kota ada kenalan di kota tersebut. Namun, perjalanan 20 terakhir ini jadi refleksi bagi saya bahwa setiap yang bernyawa akan mati dan ditinggalkan dunia.
Ketika SD teman-teman berbeda, SMP berbeda, SMA berbeda, Kuliah beda lagi, kerja lebih banyak berbeda bahkan sama-sama berjumpa teman lama kembali. Lingkaran pertemanan ketika selesai kuliah tersisa lingkungan kerja. Mau tidak mau, suka atau tidak itulah kenyataannya. Seolah tak punya waktu lagi untuk sekedar nongkrong sambil menikmati hari berakhir. Ada sih sesekali setelah janji lama dan setelah si A tidak bisa dan si B tidak hadir. Susah sekali hadir utuh.
Lingkaran pertemanan inu seolah menjadi pengigat bahwa semakin usia menambah, Allah mengambil satu demi satu lingkaran pertemanan yang pernah dibina untuk memberi peringatan bahwa nyawa sudah menjauhi dunia, harus siap saat satu persatu dalam hidup ini meninggalkan kita sebelum kita yang pergi selama-lamanya.
Ketika bertambah usia, grup WA semakin banyak, dari jaman sekolah, organisasi, kerja, genk dan lainnya namun jika dicek ternyata kuantitas tak sebanding kualitas. Kadang grup WA hanya jadi panjangan yang sepi bertahun-tahun.
Berkunjung? Jangan-jangan saya pun juga sudah lupa caranya. Jaman kuliah, saya senang berkunjung ke kosan teman-teman sekalipun mereka tidak ada di rumah. Sekarang, saya bahkan lupa kapan terakhir kali cuma miscol ke hp mereka untuk mengecek apakah nomornya masih aktif.
Ketika bertambah usia, secara alami diri mulai memilah-milah teman, ada kendala karena prioritas atau sekedar segan bertegur sapa. Namun, nyatanya pada sifat ini ada beberapa kabar gembira karena bisa jadi Tuhan sedang mengarahkan kita pada kesempatan untuk mempunyai teman dengan kualitas terbaik dari seabrek teman yang ada.
Beberapa kali, saya sering tersenyum ketika membaca tulisan lama tentang teman-teman baik saya di media sosial atau di blog. Ah, saya pernah menulis dan menjadi bagian dari mereka. Saat membuka fb lama, terlihat beberapa teman lama yang dulunya sering bersapa ternyata sudah tidak berteman.
Apa yang salah dalam pertemanan yang berlingkar-lingkar banyaknya ini? Tidak ada yang salah, saya hanya menatap diri saya bahwa bisa jadi beberapa kesalahan membuat saya tidak berteman lagi, bisa jadi saya lupa menyapa atau jangan-jangan saya cuma toxic tanpa disadari. Kemudian, saya berfikir jika sa rindu teman maka tidak ada salahnya saya mengunjungi mereka dengan niat silaturahim atau minimal bertanya dan menelepon mereka.