Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merekam Gundah

28 Maret 2020   08:58 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ke-21 setelah kepulangan dari Jogjakarta, saya tidak pernah lagi ke kota Malang, tidak melihat kota Malang. Awal Maret, ketika tiket menjadi diskon sampai 70% saya melihat kota Jogjakarta dipenuhi orang asing, begitu juga kota Malang. Ketakutan dalam hati muncul, teman saya malah bekomentar : jangan dekat-dekat biar mereka pergi dulu nanti kita nyusul. Kami adalah fasilitator sekolah sehat sehingga beberapa kesempatan saat ada corona di Wuhan sudah mulai waspada. CTPS sudah mulai digencarkan di sekolah pendampingan, sudah resfect sejak awal.

Hari ke-21 selalu di rumah
Harusnya, masa kontrak kami berakhir di April. Namun, Malang adalah zona merah. Saya ketakutan, belum lagi informasi yang masuk dari berbagai media sosial membuat stres. Saya memutuskan menghapus aplikasi media sosial, terutama Facebook dan Instagram

Hari ke-21
Saya tidak tahan untuk menulis, saya gundah. Kepulangan kita belum jelas, kantor kami di Jakarta memberikan opsi penarikan dari Malang. Rumah saya di Aceh, beberapa informasi mengatakan bahwa sekolah di Banda Aceh libur sampai 1 Juni. Saya ingin pulang, tapi saya berfikir ngak boleh pulang, kasian keluarga mana tau membawa "sesuatu".

Hari ke-21
Rasanya bagaimana?  Sedih? Gundah? Galau? Jelas, bohong bilang kalau saya baik-baik saja.

Hari ke-21
Sebab bukan pekerja tetap dan pengejar diskon, Februari lalu saya sudah memesan tiket untuk kepulangan april nanti,  tanggalnya sehari setelah kontrak kerja selesai namun kondisi Malang tidak bisa kompromi, zona merah. Menghindari keramaian, rebahan, baca buku, main hp, bekerja dari rumah, segalanya sudah dilakoni. Lantas, tiba-tiba dapat kabar ODP naik jumlahnya di Malang, satu orang meninggal. Makin runyam keadaan. Namun, menyenangkan ketika semua orang di sekitar kami paham, paham bahwa ini pandemi. Tidak salaman, tidak beramai-ramai, maklum ini dan itu. Dokter menjalankan tugasnya, pemerintah memainkan perannya, kita? Ambil peran di rumah aja.

Hari ke-21
Saya kira, kami sudah mematuhi protokol yang ada. Saya juga antisipasi untuk persoalan tiket yang sudah dipesan. Saya chat maskapai terkait dan alhamdulillah bisa reschedule bahkan sehari sebelum keberangkatan dan gratis. Namun, saya dan beberapa teman juga berharap bencana ini segera berakhir, semuanya segera pulih agar bisa berkumpul dalam hangatnya suasana ramadhan di rumah. Aamin.

Hari ke-21
Kekhawatiran semakin naik, kenapa? Harapannya kami para perantau benar-benar diberikan informasi yang cukup valid. Jika pulang, karantinanya di mana? Jika di suruh bertahan, sedangkan kontrak kerja kami habis dan tentu kami tidak punya tempat tinggal lagi, bisa mencari alternatif. Hanya sedang menunggu informasi apakah Jakarta bisa menjadi persinggahan sejam dua jam untuk kembali ke Aceh dan apakah di Aceh jika status kami sebagai ODP ada tempat karantina khusus? Beberapa informasi didapatkan namun nyatanya belum meredakan gundah dan gulana.

Hari ke-21 #dirumahaja
Semoga, siapapun yang ada disituasi yang sama dilindungi Tuhan dan dimudahkan segala urusan. Aamin. Layaknya kabut, tidak ada benda yang tampak di dalamnya namun setelah kabut pergi segalanya menjadi jelas, menggunakan senter yang baik saat kabut tentu membantu untuk menjaga diri tidak jatuh ke jurang saat berjalan. Semoga dijaga Tuhan.

Malang, 28 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun