Mohon tunggu...
Nita Helida
Nita Helida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Formula Jitu Bisa Piknik Gratis Setiap Hari

7 Januari 2017   13:04 Diperbarui: 7 Januari 2017   13:47 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piknik, rekreasi dan wisata terdengar sama di kalangan masyarakat umum. Meskipun demikian, ternyata istilah-istilah tersebut memiliki arti yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, piknik adalah bepergian ke luar kota untuk bersenang-senang dengan membawa bekal makanan. Rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran/ sesuatu yang menyenangkan, misalnya: hiburan. Sedangkan wisata maksudnya adalah bepergian bersama untuk perluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya. Meskipun berbeda arti, tetapi ketiganya memiliki kemiripan, yaitu pergi untuk  bersenang-senang. Mungkin karena itulah, istilah itu sering diartikan sama.

Pada jaman sekarang istilah kurang piknik telah memiliki makna idioms yang baru, yaitu julukan yang ditujukan untuk orang yang mudah marah, sensitif, pesimis, temperamental, sering berpikir negatif, dan sifat-sifat kurang terpuji lainnya. Istilah yang banyak beredar di kalangan kaum muda ini sudah pula menjangkiti kalangan masyarakat lainnya.  Hal ini bukan tanpa alasan, memang sudah banyak ahli  yang meneliti tentang manfaat piknik dan bersenang-senang.  Kegiatan dan aktifitas yang berkaitan dengan piknik dan sejenisnya  dapat meningkatkan hormon bahagia yang ada dalam tubuh manusia seperti dilansir laman HealthmeUp,Kamis (8/1/2015.). Hormon endorfin, serotonin, dopamin dan oksitosin sangat berperan dalam kebahagiaan dan kesehatan (jasmani dan rohani) manusia.

Apakah piknik, bepergian ke luar kota, bersenang-senang dengan membawa bekal makanan selalu dapat membahagiakan? Jawabnya tidak. Tidak selalu seperti itu. Pergi bersenang-senang tidak harus ke luar kota. Karena untuk piknik dengan bahagia sejatinya bukan ke mana kita pergi, tapi ada hal lain, dengan siapa kita pergi. Pergi ke Paris bersama rombongan yang sama sekali tidak kita kenal, berbeda kebiasaan, tidak ada chemistry sama sekali, tak bertegur sapa,  apalah enaknya. Atau juga pergi sendiri ke Belanda, di antara bunga tulip yang warna-warni, tidak akan membahagiakan saat keluarga yang kita cintai tidak ikut karena sakit. Raga kita mungkin ada di Belanda, tapi jiwa kita berada di tempat lain.

Ketika diajak piknik, pasti ada beberapa hal yang membuat kita tidak langsung menyetujuinya. Pertama, tentang waktu. Kita harus benar-benar memilih waktu yang tepat agar tidak bersamaan dengan jadwal kegiatan penting lainnya yang mungkin tidak bisa kita tinggalkan. Kedua, dana. Tidak dapat dipungkiri, untuk pergi ke luar kota dan bersenang-senang, kita harus menyiapkan budget secara khusus. Ketiga, Tujuan. Tidak semua tempat yang akan kita kunjungi akan kita sukai. Misalnya, wisata ke sebuah pulau yang harus menyeberangi laut, sedangkan kita takut/phobia terhadap laut. Pasti bukan kebahagiaan yang akan kita rasakan, melainkan ketakutan dan stress. Keempat, kelima, keenam, pasti ada kriteria tambahan bagi masing-masing orang.

Lalu jika kita tidak punya waktu, dana, dan tujuan yang tepat, apakah kita tidak dapat piknik dan rela menjadi kriteria orang yang“kurang piknik”? Tidak mau, bukan? Lalu mengapa kita tidak menciptakan kriteria piknik menurut versi kita sendiri?

Kita bisa piknik setiap hari. Pergi bersenang-senang bersama orang-orang yang kita sukai, kita sayangi, kita cintai, tanpa dana alias gratis.  Hormon bahagia kita meningkat dan terjaga aman di dalam tubuh kita. Formulanya? Mudah sekali. Pertama, Niatkan bahwa semua kegiatan kita adalah ibadah dan  piknik, untuk bersenang-senang. 

Kedua, Kita jadikan semua tempat adalah tempat bersenang-senang. Saya, misalnya,  sebagai ibu rumah tangga dan Kepala Sekolah. Tempat yang saya kunjungi selain tempat wisata adalah: rumah, pasar, tempat pengajian, rumah peribadatan (masjid),  tempat perbelanjaan, sanggar senam, sekolah, tempat rapat di luar sekolah, tempat sekretariat beberapa organisasi, rumah makan, tempat kuliner, tempat arisan,  toko buku, kantor dinas pendidikan, tempat pelatihan, dan sebagainya. Semua tempat tersebut adalah tempat wisata saya. Tempat yang menarik untuk dikunjungi. Jika kita merasa tempat tersebut tidak indah, coba perhatikan lebih seksama, pasti ada keindahan yang sebelumnya tida terlihat oleh “kacamata biasa” kita. Dan akan tampak saat kita menggunakan “kacamata piknik” kita. 

Ketiga, sayangi  relasi, rekan, tetangga, klien, murid,  saudara dan semua orang yang ada di sekitar kita. Jadikan mereka orang-orang yang selalu membuat kita bahagia. Caranya? Dengan berusaha membahagiakan dan tidak merugikan mereka. Berusaha bermanfaat untuk semuanya. Normalnya, secara otomatis mereka juga akan menyayangi kita. Keempat,kunci keikhlasan di dalam hati dan jangan mengerjakan hal yang bertentangan dengan hati nurani.

Suatu hari saya sakit dan tidak dapat masuk kerja, bukan sakit  parah dan tidak menular, tapi sepertinya perlu istirahat. Suami saya berkata, “Beneran nih ga masuk kerja? Di rumah sendirian, anak-anak juga sekolah? Kenapa ga ke kantor /sekolah saja, biar bisa bercanda, bergurau, ketemu teman-teman?” Saya mengikuti nasehatnya, dan saya benar-benar lebih terhibur saat di tempat kerja. Seperti piknik saja. Pulang kerja malah lebih segar.

Ketika ada undangan rapat di luar kantor, saya sudah membiasakan diri untuk menganggap hal itu adalah rekreasi. Pergi ke tempat rapat, bekerja dengan riang, betemu orang-orang yang disayang, hatipun senang. Begitupun saat pulang mudik bersama keluarga, bermacet-macet ria, tidak ada masalah. Dari awal sudah dijadikan komitmen bersama keluarga, bahwa perjalanan mudik ini seperti piknik. Kalau macet didnikmati, makan di tempat-tempat baru, mencicipi kuliner di daerah-daerah yang kami lewati, jika lelah, istirahat di kota-kota yang baru kita kunjungi.

Mengasyikkan. Di pasar. Pergi ke pasar di hari Minggu. Bertemu dengan para pedagang, memilih barang-barang di pasar, melihat susana lain yang berbeda dari rutinitas hari Senin hingga Sabtu. Menyenangkan.   Begitupun di kegiatan-kegiatan dan tempat-tempat lainnya.  Ruh dan aura piknik di mana-mana, bukan? Tinggal kita memanfaatkannya untuk kebahagiaan bersama. Hidup lebih bahagia, lebih sehat, tidak akan menjadi orang yang “kurang piknik”, dan gratis pula. Jadi, Tunggu apa lagi?  Selamat Piknik Setiap Hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun