Berperawakan tinggi besar, pria kelahiran Tegal, 18 September 1991 ini sangat ramah dan sopan. Dia adalah Komandan Regu (Danru) keamanan di stasiun Kiaracondong. Pak Mahmud namanya. Ketika tadi malam saya panik karena ketinggalan kereta dan tidak dapat menemukan anak perempuan saya, dia menenangkan saya seperti seorang sahabat yang sudah bertahun-tahun bertemu. Dia mengajak saya dan anak saya untuk berbicara mencari solusi bersama di sebuah ruangan khusus.
Saat mengetahui saya berasal dari Tulungagung, Jawa Timur, Pak Mahmudpun mengakrabkan diri dengan berbahasa Jawa. Menanyakan riwayat kejadian saya tertinggal kereta api yang seharusnya saya tumpangi menuju kota kelahiran saya, Tulungagung. Dia sangat membantu dan membuat saya dan anak saya merasa lebih tenang dan nyaman. Dia dan temannya, seorang ibu cantik bagian ticketing, membantu saya dengan reservasi ulang tiket untuk kereta yang lain. Semua diurus oleh mereka. Saya hanya tinggal membayar harga tiket saja. Pak Mahmud ini juga memberikan nomor handphonenya dan mengatakan bahwa saya dapat menghubunginya sewaktu-waktu lewat Whatsapp Messangerjika memerlukan bantuan lain. Dia mempersilahkan saya untuk istirahat dan menunjukkan di mana tempat mushola, toilet dan ruangan –ruangan lain yang mungkin saya perlukan.
“Monggo, bu. Silahkan saja senyaman mungkin di sini. Ibu Jangan menangis lagi. Anak ibu juga sudah ketemu, kan? Tentang ketinggalan kereta jangan dipikirkan lagi. Pasti semua ada hikmahnya,”begitu jelasnya kepada saya sambil tersenyum.
Ketika saya menyadari bahwa uang tunai di dompetku tinggal sedikit sedangkan kartu ATM semua teringgal di tas yang lain, saya meminta tolong kepadanya untuk numpang transfer ke rekening banknya agar saya bisa menerima transfer uang dari suami yang sudah terlebih dahulu berangkat ke Tulungagung. Diapun dengan senang hati membantu. Dari mulai memberikan nomor rekening sampai mengambilkan uang melalui ATMnya. Di sela-sela tugas malamnya, dia menemui saya di Mushola untuk menyempatkan menyerahkan uang transferan.
Ketika shift malamnya habis, dia meminta ijin untuk pulang, tetapi tetap menawarkan diri untuk membantu jika saya sewaktu-waktu memerlukan bantuan.
Saat malam hari saya mengucapkan terima kasih dia menjawab bahwa dia hanya menjalankan tugas semampunya. Dia juga meminta maaf jika pelayanannya kurang memuaskan. Dia juga mendoakan agar saya dan putriku selamat hingga tujuan. Kulihat sejenak statusnya di WA: bekerja ikhlas.
Dan pagi ini pukul 05.00, saat saya akan check in ticket, saya menuju ke peron 1 (satu) untuk konfirmasi. Betapa terharunya saya, ketika saya baru bilang ke petugas,”Pak, tadi malam saya ketinggalan kereta, kemudian...”
Belum selesai penjelasan kuucapkan, petugas peron 1 tersebut langsung bilang,” Ibu Nita Helida dan putrinya, ya?”
Kemudian tanpa berkata-kata lagi, dia menyerahkan tiket, sudah diurus beserta boarding passnya sambil tersenyum sopan.
Pasti Pak Mahmud dan ibu cantik bagian ticketingtadi malam yang mengurus semuanya, hingga pagi ini saya dan putri saya tinggal naik saja ke kereta.
Subhanallah, bantuan jasa yang dilakukan Pak Mahmud dan petugas-petugas lainnya di stasiun Kereta Api Kiaracondong ini terasa sangat mengharukan. Ternyata masih ada orang-orang yang menolong tanpa pamrih, ikhlas dan memiliki empati yang sangat tinggi seperti Pak Mahmud. Belum tentu hal ini dimiliki oleh instansi-instansi ataupun pejabat-pejabat lainnya. Dia seperti malaikat tanpa sayap yang dikirim oleh Allah di tengah rasa sedih dan panikku.