Judul pelecehan seksual sudut pandang sosial dan budaya
Oleh : Hasmita
Mahasiswa program studi tadris IPS
Fakultas Tarbiyah, institut agama Islam negeri Pare-pare
Senin, 6 Â Januari 2025
Pendahuluan
Pelecehan seksual merupakan isu yang hingga kini masih sangat relevan dan membutuhkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, pelecehan seksual mengacu pada perilaku tidak senonoh yang dilakukan dengan tujuan untuk mengeksploitasi atau merendahkan martabat individu lain, baik itu secara fisik, verbal, atau psikologis. Namun, dalam sudut pandang sosial dan budaya, masalah ini lebih dari sekadar tindakan fisik semata. Pelecehan seksual melibatkan konstruksi sosial yang membentuk cara pandang kita terhadap gender, kekuasaan, dan norma-norma budaya yang ada dalam masyarakat.
Konstruksi Sosial dalam Pelecehan Seksual
Dalam banyak budaya, perempuan sering kali ditempatkan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Konstruksi sosial ini berakar pada pemahaman tradisional yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang lebih lemah atau kurang berdaya dalam aspek tertentu, seperti ekonomi, pendidikan, atau bahkan hak-hak seksual. Fenomena pelecehan seksual, dalam hal ini, sering kali merupakan refleksi dari ketimpangan kekuasaan ini. Ketika seseorang merasa memiliki dominasi atau kontrol atas pihak lain, mereka mungkin merasa berhak untuk melanggar batasan pribadi, baik secara fisik maupun verbal.
Objek Seksual dan Ketidaksetaraan Gender
Di banyak masyarakat, terutama yang memiliki nilai-nilai patriarkal yang kuat, perempuan seringkali diposisikan sebagai objek seksual. Hal ini tercermin dalam banyak aspek kehidupan, mulai dari media massa, iklan, hingga pola pikir masyarakat yang masih menganggap perempuan sebagai "milik" atau "pencapaian" bagi laki-laki. Dalam konteks ini, pelecehan seksual bisa muncul sebagai bentuk ekspresi ketidaksetaraan tersebut, di mana kekuasaan laki-laki digunakan untuk mengontrol, mengintimidasi, atau bahkan merendahkan perempuan.