Mohon tunggu...
Nita Febriani
Nita Febriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alumni Pendidikan Guru Sekolah Dasar UST Jogja dan Sedang Melaksanakan Study lanjutan di UNY Jogja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Kreasi "Pepeling" Salah Satu Media Pengenalan Permainan Dolanan Anak yang Mulai Pudar

13 Desember 2022   14:32 Diperbarui: 13 Desember 2022   14:39 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan arus globalisasi juga pandemic yang terjadi di Indonesia menyebabkan proses pembelajaran sedikit demi sedikit berubah. Pembelajaran yang biasa dilakukan dengan tatap muka menjadi berubah dilaksanakan dengan daring atau online. Adanya pandemic membawa dampak peserta didik haruslah lebih handal menggunakan gadget sebab pembelajaran dilaksanakan menggunakan gadget. Adanya globalisasi dan pandemic membawa dampak positif dan negatif bagi peserta didik. Dampak positifnya yaitu peserta didik menjadi lebih terampil menggunakan teknologi yang ada, sehingga peserta didik mendapatkan akses yang luas dalam proses pembelajaran. Namun terlepas dari hal tersebut, menyebabkan peserta didik lebih senang bermain dengan gadget dibandingkan dengan teman sebayanya. Selain itu, orang tua dan orang dewasa belum tentu dapat memberikan pengawasan penuh terhadap peserta didik.

Peserta didik menjadi terbiasa dengan teknologi dan juga gadget apalagi game online yang dengan mudah diakses dimana saja. Dengan informasi dan permainan online yang lebih menarik peserta didik tentu saja menyebabkan peserta didik nantinya tidak tahu mana budaya yang asli milik Indonesia. Sebab, kebudayaan saat ini sudah tercampur dengan budaya barat menjadikan banyak anak muda yang mengikuti trend kebarat-baratan. Kondisi seperti ini tidak sepantasnya dibiarkan begitu saja. Perubahan arus globalisasi harus tetap diimbagi dengan aktivitas yang menjadikan peserta didik selaku generasi penerus bangsa untuk memiliki minat kepada kebudayaan asli milik Indonesia.

Teknologi yang maju, banyak informasi yang mudah diakses kapan saja haruslah menjadikan generasi mudah lebih produktif dan kreatif. Kreatifitas yang dihasilkan harus disalurkan dalam kegiatan yang menghasilkan produk inovatif. Tentu saja yang selayaknya membawa dampak positif terutama dalam pelestarian kebudayaan. Fenomena peserta didik lebih senang bermain game online dibandingkan bermain bersama teman sebaya menyebabkan generasi muda harus mulai bangkit dan berinovasi mengemas kebudayaan Indonesia terutama permainan tradisional atau biasa disebut dolanan anak agar tetap eksis di era milenial saat ini.

Peserta didik era milenial tidak banyak tahu mengenai Dolanan Anak yang dulu sangat eksis namun saat ini sudah mulai pudar. Permainan tradisional sangat mudah dimainkan dan memiliki banyak manfaat baik dalam meningkatkan keterampilan motoric juga keterampilan sosial anak. Selain kaya dengan manfaat, permainan tradisional juga memiliki banyak makna yang jika diperhatikan sangat baik dalam membangun budi pekerti peserta didik.

Berharganya permainan tradisional atau dolanan anak menjadikan Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa mengkreasikan sebuah karya seni tari dengan tema "Dolanan Anak" dan berjudul "Pepeling". Makna judul karya ini sebagai harapan yaitu dengan adanya kreasi tari ini dapat menjadikan peserta didik atau generasi muda yang menyaksikan atau ikut serta menarikan menjadi teringat kebudayaan yang hampir pudar. Selain itu, adanya tari kreasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu media mengajarkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang terkandung di dalam permainan tradisional dolanan anak.

Tari kreasi ini tersusun dari lagu padhang bulan sebagai pembuka, dilanjutkan dengan permainan cublak-cublak suweng, permainan jathilan, permainan ancak-ancak alis, dan ditutup dengan jamuran. Dibuka dengan lagu padhang bulan karena lagu ini sangat mudah dihafalkan liriknya juga familiar di telinga banyak kalangan. Selain karena lirik yang mudah dihafal, lagu ini memiliki banyak makna sebagai pengeling-eling atau sebagai pengingat yaitu untuk tidak tidur di waktu petang atau menjelang maghrib karena tidak baik untuk kesehatan. Selain itu hendaknya saat petang mengistirahatkan aktivitas kemudian melaksanakan ibadah juga berdoa. Tak hanya itu, lagu ini mengajak anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain sambil belajar dibandingkan hanya dirumah saja atau tidur.

Kemudian pada permainan tradisional cublak-cublak suweng, jaranan atau jathilan, ancak-ancak alis, dan jamuran jika dimainkan oleh peserta didik akan meningkatkan keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi sebab permainan ini dimainkan oleh beberapa anak. Selain itu, permainan tradisional ini mengharuskan seluruh anggota tubuh dan panca indera untuk beraktivitas atau aktif sehingga akan melatih motorik anak baik motorik halus maupun motorik kasar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh anak. 

Tidak hanya akan meningkatkan keterampilan motoric saja, permainan tradisional ini juga akan meningkatkan keterampilan sosial anak. Keterampilan sosial ini meliputi toleransi terhadap sesama, jujur dalam melaksanakan permainan, siap menerima kemenangan dan kekalahan, tanggung jawab sebagai anggota tim, kerja sama, kepedulian terhadap teman, dan masih banyak yang lainya. Oleh sebab itu, meningkatkan minat peserta didik dalam permainan tradisional tidak hanya memberi dampak positif bagi peserta didik namun juga sebagai langkah awal pelestarian budaya Indonesia yang kian memudar di era milenial saat ini.

Penulis: Nita Febriani, Nurul Riani, Evita Maya Sari, Febriana Dwi R 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun