Mohon tunggu...
Yusnita Febri
Yusnita Febri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pengguna Hearing aid, blogger\r\n\r\nhttp://yusnitafebri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Atraksi Kebal Silet di Buskota

18 Februari 2011   08:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai penumpang bus kota jangan pernah berharap soal rasa nyaman selama menggunakan angkutan umum. Sebab banyak kendaraan umum di Jakarta khususnya minibus (metromini, kopadja) dan bus besar (PPD, Mayasaribakti) sangat jauh dari kata layak. Karena kendaraan tersebut umumnya merupakan kendaraan tua. Kalaupun ada yang diremajakan (diganti) tak banyak jumlahnya. Bus kota selain indentik dengan reot juga ada beragam atraksi berjalan yang bisa ditemui. Dulu mungkin hanya pengamen saja yang biasa di temui kala di bus kota. Tetapi sekarang ini beragam macam bisa ditemui. Mulai dari pengamen bersuara merdu, pengamen asal krecek, pesulap, sampai atraksi kekebalan. Rabu 16 Februari 2011 Sore hari di kopaja menuju arah blok M. Saat melewati Jalan Mampang di kejutkan oleh seorang pria berperawakan kumel dan bau agak menyengat *sepertinya lama tak kena air*.   Ia mulai berorasi dimana intinya akan memperagakan kekebalan dirinya yang anti silet. Sebelumnya pria ini mengambil secarik kertas kemudian menyobeknya dengan silet, agar penumpang tahu kalau silet itu tajam. Atraksi utama di mulai yaitu menyilet-nyilet lengan tangan dan lehernya. Tentu saja ini membuat penumpang yang umumnya wanita ngeri. Sebab dengan ketika pria itu menyilet, lengan tangannya di dekatkan ke penumpang. Saya yang saat itu sedang browsing  lewat HP, tentu saja insting saya jalan. Langsung saya abadikan lewat ponsel. Selesai atraksi silet menyilet, begitu memasuki perempatan lampu merah ke arah Santa blok M. Datanglah pria dewasa menggendong seorang anak laki-laki. Begitu mendekati pintu kopadja, anak itu dibiarkan ngesot. Anak lelaki usia SD, dimana kakinya terlihat cacat (buntung). Dengan tampang memelas setiap melewati penumpang dia akan mencolek penumpang agar diberi uang. Tapi benarkan anak itu kakinya buntung??? Tidak, sama sekali tidak. Kalau saya perhatikan tak ada yang cacat pada kaki anak itu. Ia menekuk lututnya saja, sehingga terlihat cacat. Melihatnya saya miris. Ingin saya katakan : "dik kalau saja kamu tahu, banyak yang tak sempurna itu malah berusaha mati-matian menunjukan bahwa bisa seperti yang normal" Tentu saja tak bisa saya katakan pada anak itu, karna dia cepat berlalu dan bernganti bus untuk kembali meminta belas kasihan. Itulah buskota di Jakarta. Penuh atraksi , banyak tipuan dan saya yang melihatnya menjadi terbiasa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun