Selain volume, konsistensi juga memegang peranan penting. Atau mengkin lebih tepatnya kesinambungan produksi. Bahwa dengan adanya konsistensi, maka niscaya akan bisa mendapatkan semua harga pasar yang ada, baik itu harga tertinggi maupun harga terendah, sehingga jatuhnya adalah harga rata-rata untuk setiap tahunnya.
Katakanlah misalnya Kentang. Cost rata-rata untuk kentang mulai dari bibit hingga panen  paling rata-rata 3.000 sampai 4.000 rupiah per kilo. Sementara harga kentang dipasaran paling rendahnya rata-rata 7.000. Normalnya 8.000 sampai 12.000.Â
Jadi kalau harga titik terendah sekalipun yaitu harga yang 7.000 marginnya masih ada antara 4.000 sampai 3.000 per kilo. Sehingga kalau volume atau hasil produksinya besar, misalnya 10 ton atau 20 ton, tentu marginnya juga masih repatif besar. Tinggal dikalikan saja antara volume dengan margin yang tadi. Kalau harga tinggi tentu marginnya akan lebih lebar lagi.
Demikian juga misalnya dengan Cabe. Cost rata-rata Cabe paling hanya antara 6.000 sampai 8.000 per kilo. Sementara kalau rata-rata harga dipasaran dengan durasi panen 20 kali per setiap musim tanam biasanya berkisar antara 15.000 sampai 20.000 per kilo. Bahkan lebih.Â
Tak perlu memasukkan angka yang sering juga mencapai angka  spektakuler yaitu 75.000 -- 100.000 rupiah per kilo.  Cukup hanya yang 15.000 sampai yang 20.000 saja.
Dengan margin yang antara 8.000 sampai 10.000 saja per kilo pasti sudah akan sangat mengenyangkan. Tinggal mengupayakan volume tadi. Kalau volumenya besar tentu marginnya akan besar pula. Semakin besar volume akan semakin besar pula marginnya.
Dari contoh tadi, kalau dengan volume (hasil produksinya) bisa mencapai 10 ton misalnya, dengan margin yang 8.000 saja, hasilnya sudah 80 juta. Belum yang margin 10.000. Kalau dengan margin 10.000 hasilnya 100 juta.
Apalagi kalau dewi fortuna sedang mendekat? Â Pas dapat harga yang 50.000 ke atas misalnya? Tinggal dihitung saja marginnya berapa. Untuk beli mobil sekelas Fortuner juga mungkin bisa.
***
Dan,  entah bagaimana ceritanya, mungkin juga karena tak  kuat menahan sedih berlama-lama karena tidak bisa lagi membantu tadi, atau mungkin  lebih kepada RASA PENASARAN yang sangat mendalam, yang semakin lama dipendam semakin membuncah dalam hati, secara tiba-tiba  muncul ide supaya terjun langsung saja ke lapangan supaya bisa langsung mengaplikasikan atau mempraktekkannya  sendiri.
Lalu, terjadilah apa yang terjadi setelah mampu mengeliminir segala hambatan dan rintangan yang ada pada tahap finalisasi keputusan  untuk rencana  terjun langsung ke lapangan.