Mohon tunggu...
Nita FebrianaAstari
Nita FebrianaAstari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat berguna bagi orang lain

Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura Program Studi Sosiologi Angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persepsi Masyarakat Tentang Banyak Anak Banyak Rezeqi

31 Mei 2021   19:24 Diperbarui: 14 Juni 2021   12:16 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya persepsi banyak anak banyak rezeki ini bisa saja terus diterapkan masyarakat apabila masyarakat yang ingin memiliki banyak anak memiliki perekonomian yang memadai. Agar dapat menunjang dan memenuhi berbagai kebutuhan anak terutama yang paling penting adalah kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah, apabila anak sudah memasuki usia sekolah maka orang tua harus siap mengeluarkan biaya sekolah anak.

Tetapi jika suatu keluarga memiliki banyak anak tetapi tidak dibarengi dengan perkonomian yang memadai, malah akan menimbulkan permasalahan dan mereka akan kesusahan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dan yang lebih parah lagi jika semua anak sudah waktunya untuk sekolah semua maka, akan semakin susah jika tidak memiliki biaya. Maka dari itu seharusnya masyarakat yang memiliki persepsi untuk memiliki anak banyak agar rezeqi mereka banyak, seharusnya juga diikuti dengan perekonomian yang sudah memadai sebelumnya. Apabila tidak maka hasil akhir akan menyulitkan mereka sendiri jika mereka kekurangan biaya untuk melakukan pemenuhan untuk berbagai kebutuhan mereka.

Adanya persepsi masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeqi bisa dikatakan adalah salah satu faktor belum maksimalnya program keluarga berencana, program tersebut bisa dibilang belum maksimal karena masyarakat zaman modern ini  meskipun sudah banyak teknologi modern mereka masih beranggapan bahwa rezeqi mereka akan lancar karena mereka memiliki banyak anak. Belum maksimalnya program keluarga berencana dapat dibuktikan dari adanya kenaikan jumlah penduduk usia dini secara signifikan setiap tahun.

“Berdasarkan data setiap tahunnya, selalu terjadi kenaikan jumlah anak-anak. Padahal program Pemerintah itu dua anak lebih baik. Tentu ini harus dijelaskan,” kata Jefri Romdonny Anggota Komisi VIII DPR RI politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini saat Rapat Dengar Pendapat dengan seluruh jajaran Kementerian Sosial di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Program KB seperti tidak dianggap karena memang mereka memiliki pemikiran yang sangat berbeda dengan tujuan program keluarga berencana bahwa memiliki dua anak saja cukup. Tetapi, menurut mereka yang memiliki persepsi bahwa banyak anak banyak rezeqi mereka akan menolak keras program tersebut karena sangat bertentangan dengan persepsi mereka sendiri. Padahal program keluarga berencana bertujuan agar suatu keluarga memiliki anak hanya dua, maka beban tanggungan pada keluarga tersebut juga tidak terlalu banyak. 

Tetapi jika suatu keluarga memiliki banyak anak otomatis beban tanggungan keluarga akan semakin banyak dan terus bertambah seiring dengan kelahiran bayi yang ada pada keluarga. Tetapi seolah tidak peduli mereka tetap berpegang teguh akan persepsi banyak anak banyak rezeqi karena mereka percaya bahwa persepsi tersebut pasti terjadi dan banyak dari mereka yang secara terang-terangan menolak program keluarga berencana. Biasanya hal itu terjadi di pedesaan dimana masyarakat banyak yang tidak mengikuti program keluarga berencana. Dan mereka ingin terus memiliki anak agar harapan mereka untuk mendapatkan rezeqi yang banyak dapat terpenuhi.

Itulah yang mengakibatkan peningkatan kelahiran di Indonesia akan terus bertambah karena masyarakat Indonesia terutama yang ada didesa yang memiliki persepsi bahwa banyak anak banyak rezeqi. Maka dari itu, Pemerintah perlu menggalakkan lagi program keluarga berencana tidak hanya pada daerah-daerah perkotaan tetapi pada daerah-daerah terpencil terutama pada desa-desa. Dimana masyarakatnya sangat memerlukan adanya pengarahan dan sosialisasi akan pentingnya program keluarga berencana dan diberikan penjelasan mengenai persepsi banyak anak banyak rezeqi itu sebenarnya baik atau tidak jika terus dipegang teguh oleh masyarakat. Jadi masyarakat dapat tahu dan setelahnya mereka dapat berfikir apakah tetap melanjutkan atau tidak lagi memegang teguh anggapan tersebut.

Anggapan banyak anak banyak rezeqi yang saat ini masih banyak dipegang teguh masyarakat secara tidak langsung akan meningkatkan angka kelahiran di Indonesia. Peningkatan angka kelahiran di Indonesia ini akan terus terjadi jika masyarakat tetap percaya dan berpegang teguh akan persepsi tersebut. 

Sebenarnya anggapan bahwa banyak anak banyak rezeqi ini dapat terus dipegang teguh suatu keluarga apabila keluarga tersebut memiliki perekonomian yang memadai, agar keluarga tersebut dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beban tanggungan keluarga tidak menjadi permasalahan. Karena dengan ditunjang perekonomian yang sudah memadai mereka dapat mengatasinya. Tetapi apabila persepsi tersebut tidak dibarengi dengan perekonomian yang memadai, bukan tidak mungkin keluarga tersebut akan mengalami kesusahan karena terus bertambahnya beban tanggungan.

Maka dari itu, suatu keluarga seharusnya perlu berfikir matang-matang jika tetap ingin memegang teguh persepsi banyak anak banyak rezeqi karena sebenarnya jika tidak dibarengi dengan perekonomian yang memadai, bukan tidak mungkin mereka akan menghadapi berbagai permasalahan karena beban tanggungan yang bertambah. Dan yang paling parah mereka tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari yang seharusnya harus dipenuhi suatu keluarga tersebut. 

Jadi tidak hanya terus menerus menambah anak yang secara tidak langsung memicu tingginya angka kelahiran bayi dan menambah beban tanggungan. Orang tua perlu memikirkan beban tanggungan yang akan mereka hadapi dimasa yang akan datang.

Daftar Pustaka :

DPR RI, Dukcapil Kemendagri, BKKBN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun