[caption id="attachment_123158" align="aligncenter" width="680" caption="dok.Hai-Online"][/caption]
Mungkin karena order yang semakin berkurang sehingga membuat Sinta dan Jojo kembali “unjuk gigi' dengan upload video terbaru mereka di Youtube. Hari ini Kompas.com memberikan reportasenya di sini Yang membuat saya gerah adalah lagu yang mereka pakai, “Hamil Duluan”, serta gaya mereka yang tampil dengan perut besar entah diberi bantalan apa. Bagi sebagian orang aksi ini bisa dibilang lucu, unik, dan kreatif. Tapi bagi saya ini sungguh memprihatinkan. Bagaimana fenomena “Hamil Duluan” dianggap sebagai lelucon?
“Ini kan hanya lelucon? Lagian lagu tersebut kan malah berisi peringatan?,” begitu mungkin dalih mereka. Apa yang bisa disebut peringatan dengan gaya cekikikan seperti itu? Perlu diperhatikan, bahwa kadang yang bentuknya peringatan serius pun bisa malah diterjemahkan lain oleh para remaja. Ingat film Juno yang sempat memenangkan Oscar? Kabar yang saya ikuti, sejak beredarnya film tersebut banyak remaja Amerika yang malah pe-de tampil ke sekolah dengan perut membesar. Menjadikan penampilan hamil saat sekolah atau di luar nikah menjadi tren untuk menarik simpati orang lain.
Menilik lirik lagu tersebut, saya juga tidak menangkap dengan jelas peringatan yang dimaksud selain sebuah deskripsi vulgar perilaku seksual yang di luar batas. Menilik juga booming lagu Chaiya-chaiya yang dibawakan Briptu Kamaru di Youtube, serta lagu-lagu Sinta dan Jojo sebelumnya, banyak anak kecil yang kemudian latah ikut menyanyikan dan menirukan lagu-lagu tersebut. Dapatkah para orang tua membayangkan bila tiba-tiba anaknya ribut menyumpal buntalan di perut kemudian cekikikan di depan cermin menyanyikan lagu tersebut?
“Hamil Duluan” bukanlah sekedar suatu lelucon. Bagi sebagian orang ini masalah serius. Pernahkah Sinta dan Jojo menghadapi seorang remaja yang menangis sesegukan mencari jalan keluar setelah tahu dirinya hamil? Seringkali kita, terutama para ibu, dibuat miris hatinya melihat berita bayi-bayi yang dibuang sembarangan. Sampai saat ini saya belum mampu melihat suatu berita tentang bayi dibuang yang dimakan anjing di Jawa Timur. Saya sendiri melihat dengan mata saya sendiri seorang bayi laki-laki yang dibuang di pinggiran perumahan yang sepi, di dekat sawah, yang kemudian diasuh oleh saudara saya.
Para pendidik di Indonesia saat ini sedang berpikir keras mencari metode pendidikan seks yang tepat dan aman bagi para remaja dan anak-anak. Eh..., la kok Sinta dan Jojo tampil berlucu-lucuan seperti itu dengan dalih hal itu juga termasuk bentuk “peringatan”. Itukah bentuk pendidikan seks yang sedang dikampanyekan oleh Sinda dan Jojo?
Tidak ada salahnya berusaha mempertahankan bahkan menaikkan popularitas tapi Sinta dan Jojo sebagai ikon yang dikenal bahkan banyak ditiru masyarakat, khususnya remaja dan anak-anak, seharusnya mencari cara lain yang lebih bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H