Mohon tunggu...
Yunita Handayani
Yunita Handayani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ibu yang bahagia :) www.yunita-handayani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebakaran Pasar Waru:Contoh Minimnya Pendidikan Keselamatan Hidup

20 Juni 2011   09:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar:Google)

Berita kebakaran pasar tentu sudah sering kita dengar. Tapi kebakaran yang terjadi di Pasar Waru, Semarang, ini agak tragis dan ironis. Kebakaran terjadi dua kali dalam jangka waktu kurang dari sebulan. Kebakaran pertama pada 20 Mei 2011 dan kebakaran kedua 11 Juni 2011 lalu. Ironisnya saat diperiksa kembali ternyata belasan alat pemadaman api ringan (APAR) di kantor pasar tersebut masih utuh pada tempatnya. Kepala Pasar , yang akhirnya dicopot dari jabatannya, mengakui bahwa petugas pasar tidak ada yang menggunakan alat tersebut karena panik. Masih bersyukur karena tidak ada korban jiwa dalam dua kali kebakaran tersebut.

Kepanikan menjadi alasan utama petugas pasar melalaikan penggunaan APAR. Tentu saja semestinya kepanikan ini dapat dicegah dengan adanya simulasi atau latihan penanganan kebakaran. Kepala pasar, staf keamanan, dan ketertiban ternyata memang belum mengetahui cara penggunaan APAR tersebut. Memang diakui belum pernah ada simulasi penanganan kebakaran di pasar tersebut. Petugas pasar pun belum pernah dilatih untuk memakai APAR.

*****

Kasus di atas mencerminkan minimnya pendidikan tentang keselamatan hidup (safety life) di Indonesia. Seorang teman saya yang telah 10 tahun bermukim di Amerika sangat prihatin dengan keadaan ini. Maaf, mungkin saja seorang siswa SD di Amerika lebih pandai menggunakan APAR daripada petugas pasar di Indonesia.

Memang ada wacana tentang kurikulum kebencanaan untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Tapi menurut reportase di berbagai media yang saya ikuti selama ini, pelaksanaannya hanya sebatas simulasi menghadapi gempa. Padahal ada banyak hal yang dapat membahayakan keselamatan anak selain gempa. Bencana yang mengancam anak tidak terbatas pada bencana alam.

Sekolah-sekolah di Indonesia kurang membekali anak dengan pengetahuan praktis untuk menjaga keselamatan hidupnya. Mereka hanya sibuk menjejali anak dengan materi pelajaran teoritis untuk mendongkrak prestasi akademis anak. Apa gunanya itu semua bila anak juga tidak memiliki pengetahuan praktis untuk menjaga diri bila keselamatannya terancam?

Sudahkah sekolah tempat anak Anda belajar mengajari anak cara menyelamatkan diri saat ada kebakaran? Bagaimana cara mengatasi kepanikan, sesak napas, mengenali jalur evakuasi, bahkan menggunakan APAR?

Sudahkah sekolah mengajari anak cara menjaga interaksi dengan orang asing untuk mengatasi penculikan yang sedang marak terjadi saat ini? Ironisnya bahkan di daerah Jawa Tengah ada usaha penculikan yang terjadi di halaman sebuah Sekolah Dasar tanpa diketahui gurunya.

Apakah guru-guru atau konselor sekolah anak Anda memberi pengetahuan praktis cara menghindari terjadinya pelecehan seksual yang menurut survei lebih banyak dilakukan oleh orang-orang dekat keluarga anak?

Bagaimana saat anak-anak berada di jalanan? Tahukah mereka aturan-aturan sederhana di jalanan? Di Semarang baru saja terjadi seorang anak yang mengejar layang-layang sampai ke jalan tol dan akhirnya tertabrak mobil hingga terluka parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun