[caption id="attachment_159508" align="aligncenter" width="470" caption="Es reformasi: perpaduan rumput laut, jelly, kelapa muda, bengkoang, nanas, susu, santan, sirup biru."][/caption]
Salah satu tempat kenangan yang melekat di masa remaja saya adalah sebuah warung es di kota Solo. Warung es tersebut bernama “Warung Es Reformasi”, berada di sekitar Stadion Olahraga Manahan yang berada tidak jauh dari sekolah saya, SMA Negeri 4 Solo.
Warung es ini begitu populer di kalangan kami, anak-anak sekolah di seputaran Stadion Manahan. Seringkali saya dan teman-teman nongkrong di warung es ini setelah pulang sekolah untuk sekedar melepas dahaga ketika menunggu bis seraya saling bertukar canda.
Tidak dipungkiri bahwa hal pertama yang menarik untuk mendatangi warung es ini adalah namanya, “Es Reformasi”. Warung ini memang berdiri pada saat jaman reformasi mulai bergulir. Kota Solo sendiri merupakan kota yang mengalami gejolak hebat saat orde reformasi dimulai. Peristiwa pembakaran pusat-pusat perbelanjaan, sinisme terhadap etnis tertentu, serta berbagai demo sempat mengguncang kota tersebut saat kerusuhan Mei 1998. Saya duduk di bangke kelas 2 SMA ketika kerusuhan itu memporak-porandakan Solo.
Istilah “reformasi” menjadi istilah yang ngetrend saat itu. Sehingga, warung es tersebut menjadi menarik minat banyak orang untuk mengunjungi setelah membaca namanya. Menu-menu es di Warung Es Reformasi tersebut juga berkaitan dengan peristiwa reformasi. Selain menu utama yaitu es reformasi, ada juga es KKN, es huru-hara, es provokator, es bumi hangus, atau es revolusi. Tapi bukan hanya menjual nama yang unik tapi perpaduan bahan dan rasa di masing-masing menu es yang ditawarkan memang pas dan mantap enaknya. Harga es tersebut juga terjangkau bagi saku para pelajar kota Solo.
[caption id="attachment_159510" align="aligncenter" width="300" caption="Es revolusi: perpaduan durian, alpukat, kolang-kaling, kelapa muda, buble, rumput laut."]
Dulu, semasa saya SMA dan warung es ini baru buka, warung ini hanya berbentuk tenda kecil. Sekarang ternyata warung tendanya sudah diperluas cukup besar untuk menampung pembeli yang semakin meningkat. Sekarang warung ini bukan saja terkenal di antara para pelajar di kawasan Manahan tapi juga di kalangan warga Solo secara luas.
Warung Es Reformasi telah menjadi pionir suatu keberanian memakai nama yang unik sesuai dengan topik yang sedang hangat di kalangan masyarakat. Sekarang ini telah banyak produsen kuliner yang jeli menangkap strategi marketing ini. Ketika masyarakat sedang menggandrungi tayangan mistis di televisi maka muncul pula Warung Es Pocong Gundul Pecingis. Tidak sedikit pula Warung Es yang menggunakan nama-nama artis yang sedang heboh di media, misal Warung Es Jupe, Warung Es Syahrini – Sesuatu Banget!.
Seringkali suatu kuliner dikatakan unik bukan saja karena bahan, rasa, cara pengolahan, atau cara penyajian yang unik, tapi juga nama yang unik. Pemilihan nama kuliner yang unik, menyesuaikan momen yang sedang fenomenal di tengah masyarakat bisa menjadi daya tarik pertama bagi konsumen. Walau nama yang unik tersebut juga harus diikuti dengan cita rasa dan pelayanan konsumen yang prima bila ingin konsumen terus bertahan bahkan meningkat.
sumber gambar: di sini Gambarnya pinjam dulu karena sedang tidak mudik ke Solo, hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H