Ketika mendengar kata supportsystem apasih yang ada di kepalamu? Pasti setiap individu memperlukan seorang supportsystem. Namun, banyak orang yang menyalah artikan supportsystem, mengapa? Karna setiap orang berpikiran seorang support system adalah orang yang terus menerus disamping kita, seperti pasangan, padahal arti supportsystem sendiri adalah system pendukung bukan orang yang selalu disamping kita dan terus menerus disamping kita.
      Pada era yang serba rumit ini, dapat memberikan banyak tekanan pada pihak manapun sehingga peran supportsystem sangat berpengaruh penting bagi keberlangsungan hidup seseorang, menurut Julian Holt – Lunstad, yang seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa korelasi supportsystem sangat penting bahkan beliau mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan sosial atau isolasi sosial dampak berdampak buruk atau berdampak negative bagi kesehatan, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kematian seseorang.
      Jurnal.usahidsolo.ac.id, menyatakan bahawa sebanyak 14 respondent mendapat support system keluarga yang baik (42,8%) dan 18 respondent dengan supportsystem keluarga yang cukup (56,3%). Sebanyak 7 respondent tidak mengalami cemas (21,9%), 13 respondent mengalami cemas ringan (40,6%) dan 12 respondent mengalami kecemasan sedang (37,5%). Hasil uji kandal tau diperoleh nila yang signifikan p=0,00,1. Kesimpulan: ada hubungan supportsystem keluarga dengan tingkat kecemasan perawat.
      Jika seseorang mempunyai supportsystem mereka mejadi lebih semangat untuk menjalani kehidupan, serta lebih tertata dan memiliki tujuan. Dari hasil konseling yang merujuk pada jurnal yang berjudul “hubungan antara status sosial dan ekonomi dan hasil konseling “ karya Lisa D. Hawley, Tood W., liebert, serta Joel A. Lane. Yang meneliti tentang hubungan antara berbagai indeks sosial elonomi (SES), menytakan bahwa ada tiga faktor yang secara umum dianggap sebagai faktor yang memfasilitasi perubahan klien dalam konseling yaitu motivasi, harapan pengobatan, dan dukungan soisal.
      Dukungan sosiala sendiri merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga yang lansia. Dukungan sosial keluarga memegang peran penting dalam menentukan bagaimana mekanisme dukungan itu akan membantu lansia untuk menghadapi masalahnya. Dukungan keluarga sangat perlu dan meruupakan salah satu bentuk dari hubungan interpersonal yang melindungi orang efek strees yang buruk. Ikatan keluarga yang kuat sangat membantu lansia mengahadapi masalahnya.
      Bedasarkan data dari pemerintah desa poleng, jumlah lansia di desa poleng seabnyak 260 orang dari jumlah keseluruhan penduduk sebesar 3.658 jiwa. Penelitian melakukan observasi dengan metode wawancara dengan mengajak 15 partisipan untuk melihat dan mengetahui gambaran tentang apa itu supportsystem keluarga yang di terima oleh lansia.  Gambaran yang didapat rata – rata lansia (8 ari 15 lansia) mengungkapkan keluhan mereka mengenai kurangnya perhatian dan kepeduluan anggota keluarganya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya kesibukan dari anggota keluarganya,  keluarga tidak mau direpotkan dengan berbagai permasalahan dan penyakit yang umumnya diderita oleh lansia. Hal tersebut menyebabkan lansia merasa tidak dibutuhkan dan tidak dihargai lagi dalam keluarganya. Dalam jondisi demikian lansia berpotensi mengalami depresi  jika tidak dapat mengelolah koping yang baik (cara seseorang untuk mengatasi prasaan tidak nyaman).
      Berdasarkan studi pendahulu mengenai lansia di desa poleng diatas maka daat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh lansia abtara lain kurangnya dukungan dan kepedulian sehingga disinyalir berdampak negative terhadap mekanisme koping pada lansia. Dari permaslahan tersebut penelitian tertarik untuk meneliti mengenai, apakah korelasi supportsystem yang diberikan berhubungan dengan mekanisme poking pada seorang individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H