Menyimak berita yang sedang hangat sekarang ini tentang tewasnya seorang murid SDN Makasar yaitu Renggo Khadafi... ini membuat kita terhenyak.... bahwa kekerasan sekarang makin membumi bahkan turun ke level anak SD yang seharusnya itu masa bermain yang indah tanpa rasa cemas dan takut.
Yang sungguh memprihatinkan... karena peristiwa ini kita jadi mempertanyakan kinerja guru, dan tanggung jawabnya selaku orang yang bertanggungjawab di sekolah selama anak kita dititipkan untuk ikut belajar di sekolah. Kita jadi mulai menilai, mengamati, mencocokkan dengan kegiatan sehari-hari ketika anak kita sekolah, apakah mereka benar-benar tulus mengajar karena panggilan hati, atau beliau-beliau ini mengajar hanya sekedar karir dan profesi, sekedar sarana mencari nafkah karena tak ada pekerjaan lain sehingga orientasinya uang dan bukan kwalitas anak didiknya.
Mengapa saya berani berkata seperti ini, karena saya pernah mengalami anak saya terlibat perkelahian di sekolah. Dimana anakku baru berumur 9 tahun dan baru duduk di kelas 3 itu tak terbayangkan olehku kalau melihat karakternya yang lembut hati dan penyabar, karena selain jam-jam dia ada di sekolah bisa dipastikan dia akan ada bersamaku, di sampingku, karena aku bukan ibu yang bekerja di luar rumah, aku ibu yang selalu ada untuknya jadi aku tahu banget karakter buah hatiku.
Kejadiannya waktu itu ketika kujemput dia di sekolahnya dia nangis karena ada yang menendang kemaluannya dan itu pasti sakit banget. Melihat buah hatiku meringis dan nangis aku tanya temannya donk, untuk kroscek siapa yg salah dan bagaimana persisnya.
'Kenapa adik sampai ditendang temanmu? "
"Aku diledekin Mi,... sudah dari kemaren tak diemin gak aku ladenin.Lama2 dia ngajak temen-temennya buat ngeledekin aku juga. Aku kan gak terima Mi diejek-ejek begitu, ya aku tonjok aja sekalian biar dia diem... eee dia malah bales nendang burungku"
Apa yang bisa kita simpulkan dari cerita anakku di atas? Bahwa kejadian itu sudah berlangsung 2 hari, dan gurunya tahu karena dilakukan di jam belajar... tapi gurunya diam saja. Kenapa aku yakin gurunya tahu, karena setelah kroscek dengan temannya gurunya datang menghampiriku dan membenarkan kalo mereka berantem olok-olokan dari kemaren. Nah.... tapi kenapa sampai berlanjut sampai dua hari dan sampai tonjok-tonjokan. Dan gurunya tak melakukan apa-apa sampai kejadian tonjok-tonjokan. Andai gurunya tanggap harusnya terselesaikan kemarennya donk, gak sampai merembet ke hari berikutnya. Itu artinya gurunya diam saja tak melakukan apa-apa yang penting sudah ngajar. titik. Akhirnya aku komplain ke orang tua anak yng nendang anakku, untuk peringatan supaya dia mengawasi anaknya, dan aku akan menasehati dan mendidik anakku apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, meski aku dah sering mengajaknya berbicara tentang apa saja.
Dan itu bukan kejadian pertama sebenarnya, pernah anakku pulang dengan pipi terluka habis dicakar, besoknya kutunggu gurunya akan bercerita apa padaku, ternyata tak ada cerita atau penjelasan apapun, terpaksa aku turun tangan sendiri mencari siapa yang menganiaya anakku, dan kuperingatkan dia kalo dia ganggu anakku lagi dia harus berhadapan denganku, bahkan keluargamu, bapakmu, ibumu dan kerabatmu harus berhadapan denganku, saking kesalnya.Kutanya anakku pernah diganggu dia lagi nggak? nggak katanya, syukurlah.
Guru anakku ternyata tak hanya lambat di urusan begitu, soal nilai juga lambat, ketika raport sudah dibagi, maka hasil ujian juga baru dibagi, sehingga ketika kami temukan ada jawaban benar disalahkan kami tak bisa komplain karena nilainya sudah tertulis di buku raport. hehehhee... lucu kan. hehhehe :D
Akhirnya bisa kita simpulkan dan pertanyakan, profesi guru sekarang apa beda dengan guru pada jaman kita kecil dulu yang demikian tulus menjadikan kita orang yang pintar dan berguna. Apakah rasa mencintai profesi dan mencintai anak didik begitu sulit dilakukan mengingat beliau-beliau ini menggantungkan hidup dari profesi itu, sekian lamanya berinteraksi dengan anak-anak apakah kurang menimbulkan kecintaan mereka selayak anak sendiri. Sebagai ibu jujur aku sedih sekali, dan prihatin dengan kondisi ini, Jadi makin miris saja, jaman yang akan anak-anak kita hadapi nanti jaman yang seperti apa? Apakah mereka akan tumbuh dengan sewajarnya dan sesuai proporsinya tanpa rasa takut dan cemas mengingat kejadian akhir-akhir ini yang bikin kita jadi parno sekaligus takut. Kejahatan anak, Kekerasan seksual pada anak-anak, penculikan, penganiayan, kekerasan sesama anak, pelecehan oleh guru, dan banyak lagi kalo disebutkan bikin hati was-was dan kita jadi parno.
Doaku untuk guru dan profesi guru, semoga beliau-beliau ini diberkahi kesehatan dan kearifan serta kesabaran, bisa mendidik dan membantu mengawasi putra putri kita, mampu memberikan ilmu yang manfaat dan membentuk karakter anak-anak kita jadi karakter yang baik dan hebat, serta dicukupkan rizkynya sehingga materi bukanlan tujuan utama beliau-beliau menjalani profesi ini. Karena sejatinya masih banyak juga guru-guru mulia yang beneran tulus dan ikhlas menjalani profesinya. Untuk beliau -beliau ini penghargaan dan salam hormat dariku. Semoga masa-masa ke depan tak akan ada lagi kejahatan=kejahatan dan kejadian-kejadian seperti ini. Amiinnn....